Ketika rindu menghampiri, aku hanya mampu mendoakanmu pada malam yang sunyi. Ditemani sepi, kubisikkan perihal rasa rindu yang terus menghantui. Kisah yang tak sempat kita cipta. Terkadang membuatku rindu tak berkesudahan.
Ketika bayangmu menari-nari diruang imaji(ku). Aku hanya bisa menjadi pemerhati. Gerak-gerik yang kau suguhkan, membuatku semakin tak mengerti. Pada hati yang kian hari kian menjadi; aku semakin mendamba hadirmu di sini, di sampingku.
Namun, ketika aku larut dalam sekotak memori. Aku terhenti, di ruang hati. Kutatap hati, kemudian kulontar tanya pada hati "Apakah aku harus menunggunya, ataukah beranjak pergi darinya? Ketika rindu terus menyiksa hati, membayang-banyangi jejak langkah kaki. Haruskah aku pergi?"
Seketika hening. Tak ada jawab yang kudapatkan. Mungkin memang tak perlukan jawaban. Sebab, hati hanya bisa rasakan. Diambang keraguan dan ketidakmungkinan. Masih terselip keyakinan. Dan masih tersimpan harapan yang kusimpan dengan penuh kehati-hatian.
Di hari terakhir Februari. Ditemani hujan dan kenangan. Kutuliskan kembali perihal kerinduan dan harapan.
Untukmu kisah tak sampai-ku.
Saat ini aku tak punya cukup keberanian untuk mengungkap, perihal rindu yang sedang kurasakan. Biarlah kutitipkan rinduku padaNya. Pada Sang Maha SegalaNya. Aku yakin, rinduku akan disampaikan Oleh-Nya. Rindu yang kutujukan padamu. Yang berada di sana.
Selasa, duapuluhdelapan Februari dua ribu tujuh belas. Aku merindukanmu.
#30DWC #Day28 #30DWCjilid4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar