Cinta selalu datang tiba-tiba dan tanpa aba-aba. Semenjak Tuhan menghadirkanmu dalam kehidupanku. Hidupku tak lagi hampa. Kau membuatku kembali merasa, apa itu perasaan cinta. Dan disaat yang bersamaan kau juga mengajariku perihal lapang dada.
Januari lalu. Tuhan menganugerahkan sebuah perasaan aneh dalam hatiku; aku jatuh cinta. Kau yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Tetiba aku jatuh cinta padamu. Orang yang baru kukenal dalam waktu hitungan menit. Setelah perjumpaan itu aku merasakan hal yang aneh, mengapa pikirku terus tertuju padamu? Siapa kamu sebenarnya? Mengapa kurasa bahagaia setelah perjumpaan pertama itu? Mungkinkah aku jatuh cinta? Bisikan gundah hatiku sedang bermonolog.
Mungkin kau tak pernah tahu. Sebelum kau menyapaku lewat pesan itu. Hampir setiap hari aku menyebut namamu dalam doaku. " Ya Rabb, jika ini benar cinta untuk dia berikanlah aku petunjukMu dan ijinkanlah aku menyampaikannya perihal perasaan ini pada dia" itulah pintaku pada Sang pemilikmu.
Hari berganti, kulihat namamu hadir dalam salah satu personal chat di ponselku. Bahagia rasanya. Terharu. Mungkinkah ini jawaban dari doa-doaku? Secepat ini? Mungkin saja. Sebab, bagi-Nya tidak ada yang tidak mungkin. Betapa beruntungnya aku. Begitu cepat Tuhan memberikan petunjukNya. Pikirku kala itu.
Seiring berjalannya waktu. Kedekatan kita semakin lekat. kau semakin pekat dalam ingatku. Perjumpaan tak terduga pun semakin sering kita lalui. Dan semakin tumbuh pula perasaan itu. Kukira aku benar-benar jatuh cinta padamu. Hingga, namamu tak pernah alpa dalam sela-sela doa yang kubisikan pada-Nya.
Lagi, dan lagi aku ucapkan"Alhamdulillah". Dalam hitungan hari, Tuhan memberikan lagi petunjuk-Nya. Kau mengatakan bahwa perasaan cinta itu telah hadir dihatimu; untukku. Kau tak meminta jawaban, pun perihal balasan. Sebab yang kau ungkapkan adalah pernyataan cintamu, bukan pertanyaan. Bagaimana, perasaanku senang tentunya. Mungkinkah dia pelabuhan cinta terakhirku? Sabar, kau tak boleh terburu-buru dalam mengambil keputusan. Bisikku dalam hati.
Bulan terus berganti. Dan kau masih tetap ada; menghuni hati. Hingga akhirnya, aku putuskan untuk mengatakan apa yang sebenarnya kurasa. Bahwa aku memiliki perasaan yang sama. Sama jatuh cinta sepertimu. Itulah pernyataanku yang tak perlu kau jawab. Kukira kau pun bahagia rasanya. Pengakuan adanya cinta bukanlah hal yang harus ditutupi atau disimpan hanya dalam hati. Jika tidak akan menimbulkan perdebatan, ungkapkan saja. Setelah pengakuan dua hati. Apa yang terjadi. Kita bersama? Menjalin kisah? Jawabannya; tidak. Mengapa tidak bisa bersama? Sebab, ada hal yang membuat kita tak bisa bersama untuk saat ini.
Bagaimana rasanya ketika dua hati manusia memiliki perasaan yang sama namun mereka tak bisa bersanding bersama? Ketika rasa cinta bermekaran disaat yang bersamaan pula harus kita redam. Rasanya bahagia dikecup rasa kecewa.
Lalu bagaimana dengan pernyataan. "Cinta itu harus saling memiliki, jika benar adanya". Aku tidak sependapat dengan kalimat itu. Sebab, tidak semua yang kita inginkan dapat kita miliki. Termasuk perihal cinta. Bukan dalam artian tidak berusaha memperjuangkan cinta. Tapi cinta tidak bisa dipaksakan.
Meski hatiku kacau galau. Aku tetap berusaha menenangkan hatiku. Keadaan seperti ini benar-benar menggerakkan hatiku untuk lebih giat mendoakanmu dan mendoakan kita. Agar perasaan cinta yang membara di hati masing-masing segera berganti menjadi perasaan lapang dada, tersebab kita tak bisa bersama.
Kini, kita memutuskan untuk saling mendoakan. Kita berdoa dari ruang yang berbeda. Bersama atau tidak pada akhirnya. Kita tunggu saja jawaban dari-Nya. Jangan pernah letih untuk tetap memperjuangkan semasing kita lewat doa-doa dan berharaplah hanya pada-Nya.
Jatuh cinta padamu. Tak pernah kusesali sedikitpun. Sebab, perasaan itu adalah anugerah dari Sang Maha Pencipta. Dan aku yakin selalu ada hikmah setelahnya.
Mengenalmu mengajariku bagaimana cara mengendalikan cinta yang baik; cinta positif yang lebih mendekatkanku pada Sang Maha Segala-Nya.
#30DWC #Day25 #30DWCjilid4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar