Minggu, 17 Desember 2017


Ketika hujan menghujam tanah yang aku pijak, aku tertegun sejenak. Tiba-tiba aku teringat pada sosokmu. "Ya Allah jika dia bukan yang terbaik untukku, keluargaku dan Agamaku, maka jauhkanlah dia dari aku. Namun jika dia yang terbaik untukku, berikanlah kemudahan dan petunjukMu" begitulah bisik hatiku.

Kamis, 07 Desember 2017

UNTUKMU YANG SENANG BERCANDA; HATI-HATI

Sebenarnya aku sama sekali gak kepikiran buat nulis seputar “bully” atau semacamnya. Hanya saja hari ini, aku menemukan beberapa permasalahan atau kasus yang hampir serupa dengan apa yang pernah aku alami. Entah yang aku alami ini termasuk ke dalam kategori tindakan “bully” , “body shaming”atau semacamnya. Yang jelas beberapa waktu lalu aku mengalami ketidaknyamanan atas  candaan teman aku. Dan menurut aku, apa yang teman aku lakukan itu termasuk kategori membully, tapi waktu itu si pelaku tidak terima disebut membully  jadi sebut saja menjurus ke arah “bully” .

Aku menulis ini bukan bermaksud ingin menyudutkan seseorang. Ini hanya opini aku. Aku hanya ingin bersuara atas apa yang aku alami dan aku rasakan. Dan mungkin diantara kalian yang membaca ada juga yang pernah mengalaminya. Aku bukan termasuk orang yang senang menanggapi atau membalas komentar buruk  yang menjurus ke arah nyinyiran/cibiran. Aku lebih senang menanggapinya dengan senyuman, selama itu masih dalam batas wajar. Tapi ketika bercandanya/menyinyirnya sudah melebihi batas wajar, aku berubah menjadi orang yang responsif. Aku juga termasuk orang yang senang bercanda, kadang ceplas-ceplos juga, tapi pada tempatnya(kapan, pada siapa dan dimana).

Bercanda seperti apa sih yang bikin aku risih sampe mau bikin tulisan ini. Bercanda yang terus menerus, diulang-ulang dengan bercandaan yang sama, dan bercanda pada hal yang tidak semenstinya dijadikan objek candaan.

Awalnya aku merasa biasa saja dengan candaan yang meledek statusku yang masih jomblo. Toh emang kenyataannya seperti itu. Tapi beberapa waktu yang lalu, dalam sebuah grup aku merasa tidak nyaman dengan ‘sebuah candaan’ entah siapa yang memulai, ya kurang lebih inti candaanya seperti ini  “masa sih, followers banyak tapi masih jomblo, masa sih followers banyak gak ada yang nyangkut(suka)”. Sebenarnya candaan seperti itu bukan hal yang asing buat aku. Bisa dibilang makanan aku sehari-hari. Padahal jumlah followers aku juga masih belum seberapa. Terus kenapa mesti geram atau marah kalau udah biasa? Kalau memang sesuai kenyataannya masih jomblo? Ya kalau sekali dibencandainya aku juga biasa aja. Kalau sering? Kalau becandanya bukan Cuma digrup chat? Kalau bercandanya tiap ketemu? Dan bercandanya tidak merembet ke hal lain (followersku yang tidak salah apa-apa). Masa aku diem aja? Kenapa sih mesti bawa-bawa followers? Toh dalam chat itu, aku tidak sedang membanggakan followersku. Aku marah karena antara statusku dan followers tidak ada hubungannya sama sekali. Lagian akun instagram aku pun BUKAN AKUN CARI JODOH. Dan aku pikir kali ini aku harus bicara, tentang ketidaknyamananku atas candaanya. Untuk yang kedua kalinya aku dibikin geram, sama orang yang sama. Dulu aku sempat keluar dari grup karena saking geramnya(lupa lagi masalah apa, yang jelas dicandain sama orang yang sama). Tapi kemarin, aku bertahan, aku gak keluar dari grup, karena menurutku orang macam dia harus dilawan (dibenarkan) kelakuannya. Dia makin senang ketika aku memperlihatkan kemarahanku. Semacam menertawakan kemarahanku dengan mengatakan sifatku yang terlalu “sensitif”. Dengan entengnya, setelah membuatku super geram, gemas. Karena kemarahan aku keliatan banget di antar chat waktu itu. Akhirnya dia meminta maaf dengan alasan yang dia lakuin itu bercanda. Kalau one by one sih oke, tapi kalau dalam grup dan bercandanya kadang didepan orang banyak. Menurutku tak bisa ini tidak bisa didiamkan. Dan fyi yang candain aku, laki-laki.
Setahu aku yang bisa dikategorikan bercanda itu ketika sama-sama nyaman/menikmati candaannya. Kalau sudah tahu ada salah satu yang merasa tidak nyaman ya itu bukan bercanda namanya. Harus dihentikan bercandanya. Bukannya malah semakin senang— merasa menang , menganggapi kemarahan seseorang sebagai lelucon.




Tadi pagi aku membaca postingan tentang pelecehan verbal. Sehingga aku pikir candaan yang terjadi dalam grup chat-ku bisa dikategorikan dalam pelecehan verbal.
Secara sekilas sih masalah yang aku alami bisa dianggap sepele. Dengan meminta MAAF, masalah selesai.  Dan tulisan ini pun mungkin akan dipandang terlalu berlebihan olehnya. Tapi bagaimana jika terjadi, atau yang mengalami, atau korbannya orang-orang yang lebih sensitif dari aku. Bisa saja kan terjadi hal yang buruk? Batin merasa tertekan dengan adanya ‘candaan’ banyaknya followers tapi status masih jomblo. Apalagi Candaan yang dilakukan secara terus menerus. Mungkin kalian yang masih jomblo, single, atau belum memiliki pasangan. Sedikitnya pasti ada rasa tidak nyaman jika terus menerus dihujani dengan candaan yang mempermasalahkan status. Kita yang jomblo kok kalean yang rempng. Plis deh~
Aku nulis ini Cuma ingin menegaskan. Tolong hati-hati dalam bercanda. Karena kita tidak pernah tahu apa yang sedang dialami lawan bercanda kita. Apakah emosinya sedang stabil atau tidak? Apakah keadaan si lawan bercanda kita baik-baik saja atau tidak? Dan menurutku ‘status’ seseorang bukanlah objek yang tepat untuk dijadikan bahan candaan, apalagi secara berlebihan.
Kemarahan aku dalam grup pun, bukan semata-mata karena tersulut emosi atau ingin membalas candaan dengan keseriusan.  Wajar saja jika aku marah, karena menghubung-hubungkan ‘statusku’ dengan media social. Mungkin teman-teman di grup pun melihat jelas bagaimana reaksi aku pada saat itu. Bagaimana geramnya aku saat itu. Aku marah karena merasa tidak nyaman atas candaan yang telah dilakukan oleh temanku. Itu saja.Beberapa orang digrup itu malah lebih memilih menjadi penonton. Diam, mungkin ada juga diam-diam memperhatikan. Menganggap tidak penting dan mungkin malah menilai aku yang terlalu berlebihan atau baperan.
Hingga saat ini aku berhasil melawan diriku sendiri untuk mengungkapnya di media social. Sebelumnya tidak ada yang mengetahui perihal ini. Aku sama sekali tidak berpikiran untuk menulis hal semacam ini.
Bagaimana sikap dia sekarang terhadapku? Dia diam, tidak pernah bercanda lagi denganku dan menyinggung masalah followersku. Mungkin dia enggan bercanda lagi denganku, karena aku yang terkesan terlalu berlebih memakai perasaan. Terserah, menurutku sikapmu sudah berlebihan. Sudah melebihi batas bercanda. Marahku pun aku rasa wajar.
Semoga bermanfaat.

Untuk kalian yang senang bercanda. Carilah bahan candaan yang lebih berkelas dan berfaedah. Dan ketika menerima candaan yang membuat kalian merasa tidak nyaman, lebih baik diungkapkan. Karena jika dibiarkan, topic candaan sama akan terulang, secara terus menerus. Atau perlakuan yang hampir sama dari sipelaku akan terjadi kembali mungkin dengan candaan yang beda.


 -----


Perihal status seseorang, sudahlah tak perlu menjadikan status seseorang sebagai bahan candaan. Mereka yang belum menikah tentu memiliki alasan tersendiri yang menurut dirinya baik. Terlebih memang belum waktunya untuk menikah.
Kata temenku “status yang masih sendiri memang sangat rawan untuk diejek atau dijadikan bahan candaan, entah di  sekolah, tempat kerja, lingkungan rumah atau keluarga. Kita tidak bisa mengontrol pikiran dan ucapan orang lain. Tapi kita bisa mengontrol apa yang bisa kita perbuat”
Aku setuju, benar kita tidak bisa mengontrol pikiran dan ucapan orang lain. Tapi jika sudah berlebihan, aku rasa, kita perlu mengingatkan. Perihal batasan-batasan.
 “Stop berlebihan mengurusi dan mengomentari kehidupan orang lain yang tidak kita kenali dengan baik ataupun tidak kita ketahui bagaimana kehidupan dia yang sebenarnya. Dan bercandalah se-elegan mungkin”

----
Masih banyak yang ingin aku ceritakan.Yang aku tulis ini hanya salah satu dari sekian banyak cerita nyinyiran/cibiran yang pernah aku terima. Terutama  komentar “sedap” dari  netijen media social. Ya namanya juga lyfe, suka dan tidak suka selalu berdampingan. Apalagi motto netijen jaman now : kalau tidak mau dikomentari jangan posting/main media social. Hm, berkomentar juga ada etikanya keleuz :) 

Apakah yang aku alami termasuk bullyng atau tidak? Bagi yang ingin berkomentar, jangan sungkan. 
Bagi yang pernah  menjadi korban bullying. Boleh cerita ke aku juga. Silahkan di DM instagram atau di email juga bisa.

Terima kasih



Rabu, 06 Desember 2017

Bagaimana jika ..


Bagaimana jika aku mendambamu?
Bagaimana jika aku menginginkanmu?
Bagaimana jika namamua adalah yang selalu kusemogakan dalam doa-doaku?
Bagaimana jika aku mencintaimu?
Apakah kau akan menjauhiku?

 ------

Untukmu;

Aku mendambamu, aku menginginkanmu, aku mencintaimu, rasaku terus melaju padamu, hingga dalam doa dan pintaku ada namamu yang tak pernah terlewatkan. Bukan, bukan aku tak berani mengungkapkan. Aku hanya sedang memperjuangkanmu melalui kekuatan doa. Aku takut jika kamu mengetahuinya, keadaan akan berubah. Tak apa jika berubah menjadi lebih baik. Aku takut jika keadaan berubah menjadi lebih buruk, aku tak siap menanggung akibatnya. Maka dari itu, aku lebih memilih diam, sementara waktu. Selain untuk memantapkan hati, aku juga sedang meminta petunjuknya. Kemana rasa ini akan bermuara. Apakah padamu yang aku semogakan? ataukah pada dia yang tak terduga?

-------

Bagaimana jika kamu mengetahui tentang perasaanku?
 Bagaimana perasaanmu setelah membaca tulisanku ini?

Apakah kamu memiliki perasaan yang sama? Apakah sebaliknya? 

Jumat, 01 Desember 2017

Gila.  Aku hampir gila dibuatnya.
Dia siapa??
 Sedang, aku siapa???
“Ayolah sadar diri, kamu ini siapa”
Jangan terlalu tinggi, berhentilah memdambakan dia


30 November 2017

Kamis, 23 November 2017

Sharing with Anna Pryana #ALANA



Siapa Anna Pryana? Kalau yang ngikutin instagram aku sejak lama pasti tahu dong siapa Anna, yups Anna Pryana pencetus Alana. Alana itu apa sih? Next aku akan jelasin secara detail tentang ALANA, yhaa gaess.

Back to the topic, ya..
Jadi semuanya berawal dari update story whatsappnya Anna, pagi itu Anna update story whatsapp foto makanan yang lagi hits banget-- nugget pisang. Anna bikin nugget pisang buat bekal suaminya, btw Anna itu pengantin baru lho :) ehehe
Karena beberapa hari sebelum Anna bikin nugget pisang, aku udah bikin duluan.
Pas Anna update, aku komen, nanyain resepnya, nyamain sama resep yang aku bikin. Ternyata resepnya gak jauh beda sama resep punyaku( bukan punyaku deng, punya google yang aku pakai).
Setelah nyamain resep, aku nanyain cara masaknya, ternyata cara masaknya beda, kalau aku bahannya mentah semua dicampur, jadi adonan, lalu di kukus. kalau Anna pisangnya di kukus dan pake telor, aku gak pake telor adonannya. Hasilnya lebih bagus punya Anna, soalnya punya aku agak keras setelah dikukus mungkin karena kebanyakan tepung terigu. Dan aku orangnya suka improve, antara improve dan sotoy, beda tipis ya. Wkwk. Aku kebanyakan masukin tepung terigu dan gak pake telor. Tapi punya aku juga enak, kok. Haha pede. Ya lumayan lah, namanya juga baru pertama kali bereksperimen. Dan sebenernya aku gak suka pisang, apalagi pisang yang belum diolah, mencium baunya aja aku kadang mual ( terdengar lebay, tapi emang demikian kenyataannya) makanya mamahku waktu tau aku mau bikin nugget pisang ngetawain. Haah, mau bikin nugget pisang? Aku sih senyum senyum aja. Orang udh niat, dan beli segala macam bahannya. Masa iya gak jadi bikin. Haha. Loh kok jadi ngomongin aku? Kan judulne sharing with Anna? Yaudah kita kembali ke Anna.

Kata Anna, laki-laki itu suka sama perempuan yang suka masak. Ternyata bukan cuma slogan doang, katanya. Laki-laki dibahagiainnya cuma dibikin kenyang aja. Begitu kata Anna. Tips dari Anna, kalau untuk awal-awal, masaknya ngikutin resep, harus sama percis sama kaya di resep. JANGAN IMPROVE!! Haha
Harus latihan masak dari sekarang, kata Anna. Biar gagalnya sekarang. Aku bisa sih masak, masak air #lhaaa ( bang opi kalee ah, masak air biar mateng wkwk ) engga deng, aku masak bisa, sedikit. Yang gampang-gampang. Kata Anna, gak apa-apa yang penting udah ada basicnya, BISA MASAK. Soal ketepatan rasa itu mah menyesuaikan dengan jam terbang #adaw haha

Lanjut, yee tipsnyaaah. Hehee
Masak itu susah-susah gampang. Kita mesti punya takaran seberapa banyak yang harus kita masak, agar habis sekali makan, biar gak mubazir. Pengalaman banget sih ini mah, dulu aku juga pernah bikin Mi goreng, Migoreng pake baso dan sosis. Di rumah cuma tinggal bertiga, aku, mamah sama bapak. Entah aku yang serakah atau emang selebor. Bikinnya kebanyakan, padahal udah di enak-enak. Aku yang gak kepikiran kalau orang tua makan Mie gak mungkin banyak-banyak, dan besoknya ke buang deh~ #sedih

Ternyata hal-hal sepele bisa berpengaruh juga. Kita harus pandai mengatur, hemat, gak mubazir tapi tetep masak yang enak. Mungkin buat yang belum menikah gak kepikiran ke arah yang seperti ini. Perihal masak terlihat sepele, tapi setelah dijalani ya, lumayan menguras pikiran juga( kata Anna). Aduududuh jadi pengen cepet punyaaaa ..... ehehee

Ini baru perkara dapur. Belum yang lain-lain. Jadi makin semangaaat nih belajar masak, masak indomie. Wkwk


Jadi kesimpulannya; Menikah itu Seru #eh Masak itu seru. Ada feeling yang turut berperan, untuk menghasilkan rasa pas dilidah dan dihati, rasa yang pas mantap. Ada banyak hal-hal kecil yang harus diperhatikan, yang mungkin saat ini buat yang belum menikah menyepelekannya.
Percayalah, untuk menentukan 'hari ini masak apa" itu tuh PR BANGET. Alias mikir banget(survei dari curahan hati para mamah muda dan mamah tua)
Buat yang belum menikah, ayo belajar masak dari sekarang, kalau gak mau belajar masak, ya belajar nyalain kompornya dulu, atau belajar pegang-pegang wajannya dulu. Atau, kalau masih gak mau belajar masak, ya belajar bedain micin sama garam aja dulu. Kalau masih gak mau belajar juga, yaudah gak akan maksa, belajar bedain mana harapan pasti dan harapan paslu aja gih. Wkwk.

Oke sekian dan terima kasih
Buah naga dibelah empat, semoga bermanfaat :)

Minggu, 19 November 2017



Sudah sampai mana?
Kau membahagiakan orangtuamu?
Masih seringkah membuat kedua orangtua bersedih?
Masih seringkah membuat kedua orangtua khawatir?
Masih seringkah merepotkan kedua orangtua dengan hal-hal yang sebenarnya masih bisa kita lakukan?
Masih seringkah melanggar perintahnya?
Silahkah dijawab sendiri, dalam hati saja dijawabnya~~~



Tulisan ini mengingatkan diri sendiri yang sering kali lalai---

Sabtu, 18 November 2017

Entahlah, akhir-akhir ini aku lebih senang menjadi pemerhati dan perasa. Memperhatikan apapun yang mataku lihat, dan apapun yang aku rasakan. Aku sempat memperhatikan dia yang tak pernah mau mengalah dan selalu merasa paling benar. Aku sempat memperhatikan mereka yang sibuk dengan ambisinya masing-masing. Aku juga pernah berandai-andai menjadi orang lain, menduga tentang *Bagaimana  rasanya aku jika menjadi orang lain(orang itu)* berkali-kali aku berbincang dengan diri sendiri.


Bukan, aku bukan sedang mengkoreksi kesalahan atau mencari-cari kelemahan orang lain. Aku hanya sedang merasa butuh banyak gambaran tentang kehidupan. Tentang keanekaragaman . Dan yang paling utama adalah Aku sedang berkaca dengan diriku sendiri. Apakah aku seperti mereka? Apakah aku seperti dia? Hal apa saja yang sudah aku lakukan?Aku juga sempat memperhatikanmu sejenak, kamu yang tak pernah membalas perhatianku. Mengapa? Mengapa kamu mengabaikan aku? Gumamku. Aku terdiam, menginterogasi diri sendiri. Sudah berapa banyak orang yang aku abaikan hanya karena aku terlalu focus pada satu orang? Sudah berapa banyak orang yang mungkin merasa sakit hati karena aku hanya membalas perhatiannya seperlunya, atau mungkin tidak sama sekali?

Terkadang kita hanya memikirkan kepentingan diri sediri, tanpa memikirkan efek bagi sekeliling kita. Kita lupa, bahkan mungkin kita sengaja tak mempedulikannya, hanya demi tercapainya ambisi kita. Kita membenarkan cara yang salah, untuk menyelsaikan masalah. Berkacalah, sebentar. Pernahkah kita melakukan hal seperti itu?
----
Banyak hikmah yang kudapati akhirnya. Bahwa setiap orang memiliki tujuan masing-masing. Bahwa mereka mempunyai cita-cita yang berbeda. Bahwa mereka menginginkan sesuatu hal yang  lain dari pada yang lain. Bahwa mereka melakukan suatu kegiatan tersebab adanya harapan dan impian. Dan bahwa setiap orang dianugerahi masalah yang tak sama.
Aku, kamu, dia, dan mereka. Kita sama. Manusia. Hanya saja: tujuan, cita-cita, ujian/cobaan, harapan dan impian kita yang berbeda.



Bandung, 18 November 2017


Minggu, 12 November 2017

Q & A with Lani #latepost #part1


Hallo semuanyaaahh…..

Sesuai janji aku di snapgram, aku akan jawab Q & A di blog aku. Berikut beberapa pertanyaan yang waktu itu followers aku tanyain dan beberap pertanyaan yang sering banget ditanyain di DM aku.
Okeee.. Langsung aja, ya J
1.       Lani umur berapa?
  • ·         24 Tahun

2.       Lani udah nikah belum?
  • ·         Belum

3.       Lani sejak kapan suka nulis?
  • ·         Akhir 2016 mulai lebih focus nulisnya

4.       Lani tinggal di mana?
  • ·         Di rumah, di Bandung, Made in Indonesia

5.       Lani kerja atau kuliah?
  • ·         Lani kerja dari jam 8 pagi sampe jam 5 sore( senin – sabtu) jadi kalau DM diabaikan jangan marah-marah ya, hehe

6.       Lani pake aplikasi apa biar ketahuan ada berapa orang yang ngesave/ngelike postingan di IG?
  • ·         Caranya, ada di settingan IG dengan merubah akun IG jadi akun bisnis ( lebih lengkapnya searching aja di youtube atau google)

7.       Lani penulis Favoritenya siapa?
  • ·         Semua penulis aku suka, semua penulis aku favorite. Karena masing-masing penulis punya cirri khas masing-masing.

8.       Lani kalau lagi badmood nulis ngapain?
  • ·         Makan, baca buku dan tidur

9.       Lani awal memutuskan untuk nulis karena Patah hati atau bukan?
  • ·         Bukan, hehe

Seputar lani segitu dulu yaa .. sekarang kita beralih ke pertanyaan yang urusannya sama HATI, MANTAN, KENANGAN DAN SEKITARNYA… ( soalnya pertanyaan-pertanyaan seputar itu sering banget mampir di DM aku ) yuu marii… J
10.   Gimana kalau kita suka sama sahabat?
  • ·         Ya sekedar suka mah wajar, asal jangan ngebet ganti status dari sahabat jadi pacar. #eh Menurutku mending cari yang lain aja, sahabat tetep sahabat. Gak usah dijadiin pacar. Kecuali sahabat jadi Suami atau Istri. Itu baru, KEREN!!

11.   Gimana kalau mantan ngajak balikan?
  • ·         Ya kalau keduanya masih cintaahh dan mau sama-sama berubah menjadi lebih baik, kenapa engga? Yang penting niat keduanya baik. Tapi sebelum balikan, ada baiknya dipikirkan baik-baik segala konsekuensinya. Baik-buruknya pasangan masing masing.

12.   Gimana caranya biar bisa cepet lupa sama mantan?
  • ·         Kalau tiba-tiba inget sama mantan ISTIGFHAR aja.  Hehe

13.   Gimana caranya biar mantan nyesel habis putus sama kita? atau cara balas dendam sama mantan yang udh nyakitin kita?
  • ·         Gausah mikirin hal-hal gitu, sist. Kalau udah diputusin atau udah putus, yaudah. Kita berbenah aja, perbaiki diri sebaik-baiknya. Jangan membebani pikiran dengan hal-hal yang kurang bermanfaat bagi diri kita. hehe. ( kalau aku mah gitu)

14.   Aku punya pacar, tapi dia sibuk, jarang ngabarin bahkan berminggu-minggu ga ngabarin. Aku kudu piye, Lan?
  • ·         Coba whatsapp dia, tanyain “ kamu anggap aku pasangan atau pajangan?’’ Kalau sudah berkomitmen, jangan malu buat nanyain kabar duluan. Biasanya perempuan yang suka riweuh gak mau nanya-nanya,padahal hatinya udah gemesh sendiri. Kalau udah nanya dan gak dijawab juga, yaudah positif thinking aja, mungkin emang beneran sibuk banget. Tapi biasanya sesibuk apapun kalau laki-lakinya yang serius mah pasti ngabarin. Hehe


15.   Aku suka sama dia, tapi dia nya malah suka sama temen aku. Aku kudu piye, Lan?
  • ·         Perasaan itu tak bisa dipaksakan, dek.  Yang sabar, ya. Cari yang lain saja.


Q & A selesai #lhaa kok udah selesai lagi? nanti Qhita Q & A lagi yaa :) 
Maafkan kalau jawabannya kurang memuaskan, karena apalah aku ini hanya manusia biasa.
Semoga bermanfaat, maafkan kalau tidak berfaedah :) 


Terima kasih sudah membaca 
 Terima kasih sudah mampir di Diary Lani
See you and bye-bye :)




Note: Pertanyaan diatas sering banget masuk ke DM, bukan aku yang ngarang pertanyaan ya :) 
Maaf aku gak bisa nyebutin siapa yang nanya-nanya :) 

Selasa, 11 Juli 2017

KAU adalah KENANGAN (ter)SINGKAT

Aku kembali ke tempat pertama kali kita bertemu. Aku kembali untuk menuntaskan beberapa hal yang menurutku harus segera aku akhiri. Kamu dan tempat ini akan kunamai sebagai kenangan (ter)singkat. Entahlah, sampai detik ini aku masih belum memahami perihal perasaan yang terus berlarian menujumu. Selepas pertemuan itu, bayangmu seringkali mendatangi ruang ingatanku, bayangmu seolah menjadi pupuk penyubur atas harapan-harapan yang semula ingin aku musnahkan tersebab kekecewaan.

Mungkin kau akan menganggap aku ini berlebihan, ataupun melebih-lebihkan perasaan jika kau mengetahui apa yang sedang aku rasakan. Jika dilihat dari sudut waktu, ya memang. Pertemuan kita memanglah sangat singkat, sekedar berjabat tangan untuk saling bertukar nama pun kita tak sempat. Namun, bukankah perasaaan tak bisa diatur ataupun dipaksakan?

 Lalu, bagaimana dengan perasaan yang saat ini sedang aku rasakan, apakah ini hanya ketertarikan sesaat? Jika iya, mengapa kau menarikku ke dalam duniamu begitu hebat. Mengapa aku begitu bahagia ketika melihat namamu menjelma dalam sebuah notifikasi, dan mengapa aku begitu resah ketika namamu tak kunjung tiba dalam notifikasiku. Dan satu lagi, entah mengapa aku mulai senang menunggumu, meski kau tak pernah memintaku untuk menunggu, atau bahkan mungkin kau tak pernah peduli dengan kehadiranku. Mengapa? Entahlah.

Andai saja aku tahu pada akhirnya akan seperti  ini, mungkin aku akan memilih untuk tidak mendatangani tempat itu, dan memilih untuk tidak bertemu dengamu. Tetapi untuk saat ini tak ada guna jika aku menyesalinya. Semua sudah terjadi atas ijin-Nya. Kau tak perlu merasa bersalah jika kau tak memiliki perasaan yang sama, dan juga, jika kau tak bisa membalas perasaanku, kau tak usah kebingungan ataupun merasa iba. Jalani saja kehidupanmu seperti biasa. Sebab aku pun sama. Aku akan menjalani kehidupan hari-hariku seperti biasanya.

Aku mengerti. Aku memahami. Dan aku tahu, tidak semua perasaan bisa mendapat balasan. Maka dari itu, aku tak akan memaksamu untuk membalas perasaanku. Namun disisi lain kau tentu tahu, menghilangkan perasaan bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Aku butuh waktu untuk mengembalikan keadaan ini seperti semula. Biarkan aku melepaskan segala tentangmu secara perlahan. Perihal harapan yang mulai tumbuh dalam dadaku, sementara ini akan kusirami dengan sikap lapang dada. Hanya itu yang bisa kulakukan untuk saat ini.

Pada akhinya akan seperti apa, kita tak pernah tahu. Semua masih menjadi rahasia Sang Pencipta. Saat ini, cukuplah kita saling mendoakan, memohon yang terbaik untuk masing-masing diri kita. Karena seperti apapun pada akhirnya, jika Tuhan yang memberikan ketetapan pasti itu adalah ketetapan yang terbaik dariNya.



Sabtu, 10 Juni 2017

TENTANG KEHADIRANMU









Kukira aku bisa mewakilkan perasaan yang sedang kurasa melalui kata-kata, ternyata tidak. Berkali-kali aku mencoba merangkai deretan aksara, ternyata aku masih belum bisa menemukan kata yang tepat  untuk mewakilinya. Kau selalu membuatku kehabisan kata yang kemudian menjadikan aku terdiam.

Aku tak berharap banyak perihal mendapat balasan atas perasaan sedang kurasakan. Aku sudah mempersiakan diri, untuk penolakan yang akan kau suguhkan. Tak usah sungkan, pun merasa tak nyaman. Aku hanya ingin menyampaikan perihal perasaan yang kian tumbuh ini padamu.
Kau yang sebelumnya tak pernah melintas sama sekali dalam ruang pikiran, kau yang tak pernah ada dalam daftar tujuan. Kini selepas peremuan kala itu, namamu tak pernah alpa dalam barisan semogaku. Entahlah, kau begitu cepat membuatku kembali mempercayai adanya sebuah harapan setelah kehilangan.

Tuhan memang selalu punya cara untuk menciptakan suatu pertemuan. Hanya saja kadang aku tak menyangka, kau adalah perantara yang  ditakdirkan Tuhan untuk menjadi sebagai sang penyembuh luka. Hadirmu seperti “kunci pembuka” untuk menuju pintu hati yang baru, menuju hari yang baru, menuju cerita yang baru dan lebih baik dari yang dahulu. Tanpa kau sadari, kau adalah harapan yang baru (bagiku).

Aku tahu, apa yang sedang terjadi pada diriku saat ini. Ketika rasaku terus berlarian menujumu, tak banyak yang bisa kulakukan. Aku hanya bisa terdiam menyaksikamu dari kejauhan. Aku hanya bisa meredam perasaan yang kadang tak bisa aku kendalikan. Aku, hanya mampu mendoakan yang terbaik untukmu, dan untukku. Memohon pada Sang Maha SegalaNya agar dilapangkan hati, jika pada akhirnya apa yang aku harapkan tak bisa aku dapatkan. Aku tahu, apapun yang Tuhan ciptakan ke dalam muka bumi ini pastilah ada manfaatnya. Begitupun dengan pertemuan kita hingga tumbuhnya perasaan yang Tuhan Anugerahkan kepadaku---untukmu. Tentu ada tujuannya.


Namun untuk saat ini, kita belum menyadari. Apa maksud dari semua kejadian yang kita alami. Tetapi cepat atau lambat kita akan tahu, apa makna dari terciptanya pertemuan hingga lahirnya sebuah perasaan. Dan apapun yang terjadi pada suatu hari di masa depan perihal “kita” . Semoga saja setiap kejadian yang kita alami membawa kita menuju tempat yang lebih baik.



Bandung, 10 Juni 2017 || Selepas subuh


Noted: Bukan sulap bukan sihir, ini bukan curhat jadi jangan nyinyir, aku persembahkan untuk mereka para secret admirer. Selamat Menikmati. Terima kasih sudah membacanya

Minggu, 04 Juni 2017

SEJAK HARI ITU

Sejak hari itu
Aku mau kamu
Setelah hari itu
Aku memikirkanmu
Seminggu setelah hari itu
Aku merindukanmu
Duaminggu setelah hari itu
Aku mencarimu
Sebulan setelah hari itu
Aku menunggumu
----
Kini, entah bulan keberapa setelah hari itu
Aku masih mau kamu, masih memikirkanmu, masih merindukanmu,
masih mencarimu dan masih menunggumu
----
Masih kamu yang jadi pemilik hatiku sampai detik ini


----

Bandung, 04 Juni 2017 ||  20 : 10 WIB



Noted : Untuk laki-laki sipemikat hati 

MEMENDAM RASA SENDIRIAN (part II)




Diam-diam aku mencarimu. Dan Tuhan menunjukan jalannya, untukku—menujumu. Ada banyak keunikan yang aku temui dari petunjukNya, hingga terkadang membuatku tersenyum sendirian. Diam-diam aku memandangimu dari balik layar kaca ponselku. “Mengapa kau membuatku tersiksa seperti ini? Mengapa kau terus saja hadir dalam ruang ingatku? Mengapa aku terus mencari tahu tentangmu? Mengapa aku menunggumu? Mengapa kau hadir ke dalam kehidupanku? Siapa kau sebenarnya?” Hati dan otakku, sesak dipenuhi tanda tanya yang tertuju padamu.

Ada rasa yang paling aku tak mengerti dari semua ketidakbiasaan ini yaitu, aku merindukanmu. Ya, begitulah adanya dan nyatanya. Ada riuh dalam dada yang sering kali kurasa, ketika namamu tak kunjung tiba di “suatu notifikasi”. Ada debar yang hanya aku tahu bagaimana rasanya. Debar yang membuat tanganku bergetar seketika. Debar yang membuat seluruh tubuhku terdiam seketika, ketika sosokmu hadir dihadapan mata—dibalik layar kaca.

Hari berlalu begitu cepat, sedang kau terus saja ada membuat hatiku semakin tertambat. Ingin rasanya saling melempar tanya denganmu, berbagi cerita mengenai hari yang berlalu begitu cepat. Berbagi cerita mengenai hal apa saja yang telah kita lakukan di kesibukan masing-maisng. Ingin sekali rasanya menyapamu, di pagi dan malam hari. Namun apa daya, aku hanya bisa memendamnya.Ya, Memendam sendirian.

Bicara tentang memendam perasaan. Bagaimana rasanya memendam rasa sendirian? Tentu beraneka ragam rasanya. Kayak permen ya? Haha. Kadang, ada bahagia yang tak mampu diungkap kata, ketika tiba-tiba kau ada, menjelma melalui sebuah notifikasi. Ada gundah yang tak bisa aku enyahkan ketika namamu tak jua ada, di notifikasi itu. Sungguh, aku mulai berlebih mengartikan perasaan yang kian tumbuh ini.

Dan. Ketika mereka berkata, mengapa tak diungkapkan saja padanya? Bukankah, setiap orang memiliki hak untuk suka pada siapa saja? Ya, memang kita bebas menyukai siapa saja ataupun apa saja. Namun, tetap ada batasannya. Kita bisa menyukai siapa saja lalu mengungkapkannya, selama tidak melanggar aturan dan memperkeruh keadaan. Menjelaskan perihal perasaan bukanlah hal yang mudah. Sebab, perasaan itu adalah Anugerah yang harus kita maknai kehadirannya dengan hati-hati. Pun aku yang terus memaknai kehadiranmu, hingga detik ini. Sehingga aku masih enggan mengungkapnya.


Begitulah...

Perasaan memang tak bisa diatur, tapi setauku perasaan bisa diredam. Ketika perasaan tengah bermekaran, kita harus bisa menjaganya agar tetap mekar dan tumbuh sebagaimana mestinya. Dan hanya dengan doa perasaan itu akan tumbuh sebagaimana mestinya. Doa akan membawa perasaan itu kepada sang pemilik hati yang sebenarnya. Dan mendoakanmu adalah mampuku, saat ini. Hanya itu yang bisa kulakukan untukmu.


Jika pada akhirnya kau mengetahui apa yang pernah kurasa padamu. Mungkin kau akan bersikap biasa saja. Sebab kau tak mengalaminya. Mungkin juga akan kebingunan menghadapinya. Tapi tenang saja, aku sudah paham. Tidak semua perasaan akan mendapat balasan, begitu bukan? Dan aku tidak berharap banyak darimu perihal itu. kehadiranmu ke dalam hidupku saja, sudah lebih dari cukup. Kau telah mendekatkan diriku PadaNya, Sang PemilikMu. Semenjak pertemuan itu, selain aku terus memikirkanmu, aku juga terus mendoakanmu. Menyebutmu dalam deretan semogaku. Tak apa-apa ya? Aku tak perlu meminta ijin padamu ‘kan?  Aku anggap saja kamu menjawab “ya”.


Biarkan aku menjadi pemerhatimu diam-diam. Orang yang mendoakanmu diam-diam. Dan menuliskan segala rasaku yang tertuju padamu. cukuplah yang Maha SegalaNya, yang tahu perihal rasa ini. semoga doaku segera sampai di ruang hatimu.


_Selesai_




Noted : entah nyambung atau engga, #yangpentingnulis #nulisaja #tulisajadulu
Semoga kamu membacanya, iya KAMU !!!


Sabtu, 03 Juni 2017

MEMENDAM RASA SENDIRIAN (part I)




Kukira, ketika bibirku tak mampu mengutarakan apa yang tengah kurasakan, aku bisa mengungkapkannya melalui dereta aksara yang kususun sedemikian rupa agar kau mengetahuinya. Tenyata tidak. Semua kata tertahan diujung bibirku. Aku hanya terdiam. Mulutku seketika membeku. Ingin rasanya aku mengungkapkan perihal rasa yang terus menghatui hari-hariku. Namun, semua itu adalah suatu ketidakmungkinan. Aku tak punya cukup keberanian untuk melakukannya. Aku hanya bisa menjadi pemerhatimu dalam diam.

Aku, kau, dan mungkin mereka, tentu mengetahuinya. Bahwa perihal perasaan memang tak bisa dipaksakan juga tak pernah direncanakan kehadirannya. Dengan sendirinya perasaan itu ada, lalu berlari menuju sosok yang tak pernah kita pikirkan sebelumnya. Dan itulah yang aku rasakan saat ini, perasaanku terus saja berlari---menujumu. 

Sejak hari itu---hari pertama kita bertemu, kemudian kita berlalu begitu saja, tanpa bertukar nama ataupun sekedar saling sapa, percayalah, setelah pertemuan itu, aku selalu memikirkanmu. Entahlah. Aku tidak mengetahuinya apa maksud dari semua ini. Semesta seolah menghadirkan sosokmu ke dalam kehidupanku, tanpa permisi.

Lalu. Bagaimana harimu setelah pertemuan kita kala itu? Tentu harimu masih sama seperti biasa. Kau takmungkin seperti aku. Aku yang sedikit berlebih, mengartikan kehadiranmu. Entahlah, semenjak pertemuan hari itu, kau seperti mengubah hariku yang abu-abu menjadi biru. Kini langit-langit di ruang hatku tak lagi mendung, ia telah berubah menjadi lebih cerah dengan biru(nya) yang seolah memberi semangat baru.

Tanpa kau sadari, aku sering menunggumu. Menunggu namamu tiba dinotifikasi layar ponselku, meski notifikasi yang sebenarnya tidak begitu penting. Dan sejujurnya ada banyak hal yang ingin aku ketahui tentangmu. Namun , lagi-lagi seluruh tubuhku membeku-membisu, ketika aku hendak memulainya. Seolah ada yang menghalangi langkahku, meski hatiku terus memanggilmu.





---------------------------------------------CONTINUE-----------------------------------------------





*malam sabtu--gakbisa tidur, maka terbitlah tulisan ini* 
03 Juni 2017, 01-30 WIB 


Terima kasih sudah membaca :)



Minggu, 21 Mei 2017

UNTUKMU, CALON IMAM(ku)


Untukmu, calon Imam(ku),

Bagaimana kabarmu hari ini? baik-baik saja ‘kan? Bagaimana hari-harimu, melelahkan?  Bagaimana perjalananmu menujuku? Apakah jalannya berliku? Apakah kau bisa melewatinya dengan mudah? Ataukah begitu sulit untuk kau lalui? Sudah sampai mana perjalananmu menujuku? Apakah baru mulai melangkah? Atau sudah setengah perjalanan? Ataukah kau sudah sangat dekat? Ataukah kau hilang arah, lalu singgah di lain tempat? Entahlah, sampai detik ini Tuhan masih belum juga mempertemukan kita,  sedangkan tanda tanya dalam otakku terus saja menerka-nerka. Bagaimana kau, siapa kau, dari kota mana kau berasal, dan lain sebagainya.

Untukmu, calon Imam(ku),

Aku di sini masih setia menunggu kedatanganmu. Aku di sini masih sendiri, menjaga diriku sebaik-sebisa mungkin. Terkadang aku begitu merindu akan sosokmu. Meski aku belum pernah melihat wajahmu seperti apa, terkadang rasa rindu itu tiba-tiba saja ada. Merasuk, menyesakan dada.  Bagaimana denganmu? Apakah kau merasakan hal yang sama denganku? Apakah kau merindukan hadirku juga?  Semoga, kau pun, iya.

Untukmu, calon Imam(ku),

Aku yakin, kau adalah Ciptaan TerbaikNya yang Tuhan takdirkan untukku. Aku juga yakin di mana tempatmu berdiri saat ini adalah tempat terbaik untukmu menurut-Nya. Kau tak usah Takut, aku di sini tak hanya berdiam diri saja, aku tak henti berdoa memohon RestuNya, untuk segera mempertemukan kita di waktu yang sebaik-baiknya. Selain itu, di sini aku juga  sibuk memperbaiki diri dan mempersiapkan diri agar menjadi Ibu yang baik untuk anak-anak kita, kelak.

Untukmu, calon Imam(ku),

Aku sudah tak sabar, ingin membagi cerita denganmu. Cerita perihal kesal, sedih, bahagia juga kecewa. Yang mungkin kelak akan mewarnai hari-hariku denganmu. Dan juga kelak ketika kita telah terikat dalam janji suci. Maukah kau menuntunku menuju SurgaNya? Menjadikanku satu-satunya? Juga membangun Istana di SurgaNya?

Untukmu, Calon Imam(ku),

Semoga Tuhan segera mempertemukan kita dengan cara terbaikNya diwaktu dan tempat yang tepat.

Untukmu, Calon Imam(ku),

Sampai bertemu, pada suatu waktu.




Bandung, 20 Mei 2017 | 22: 18 WIB

Note: Ditulis untuk meredakan keresahan--ketika aku menunggumu--wahai calon Imamku yang entah siapa dan dimana kini berada. hehee

Jumat, 14 April 2017

KAU TERLIHAT BERBEDA


Untuk pertama kalinya aku memberanikan diri melihat dengan seksama sosok yang ada dihadapan Mataku. Satu-persatu segala macam hal yang menempel ditubuhmu. Rambutmu, bajumu, celana jeansmu, bahkan sepatu yang kau pakai, untuk pertama kalinya mataku menyempatkan singgah disepatumu. Kau masih saja mempesona dimataku. Hanya saja ada yang berbeda, ketika mataku terjatuh dimatamu. Kutatap matamu; pendar. Lalu, mataku terdampar disenyumanmu; pudar.

Tatap dan senyuman yang tak seperti biasanya kulihat. Ada apa denganmu? Bukankah harusnya kau tengah bahagia dengan pilihanmu? Batinku bermonolog. Entahlah, aku tak tahu.


Ketika itu; saat duduk berhadapan denganmu. Ratusan aksara dalam otakku saling beradu diiringi tanda tanya dibelakangnya. Bertanya-tanya mengenai perubahanmu yang begitu signifikan. Mengapa kau berubah? Mengapa matamu bersedih? Mengapa kau gugup? Mengapa dadaku masih saja berdebar ketika kau berada dihadapanmu? Diantara banyak pertanyaan yang saling beradu dalam otakku, ada satu pertanyaan yang paling tak aku pahami, yaitu perihal debar yang masih saja enggan meredup. Debar yang masih saja meletup-letup.

Aku telah merancang keadaan, sebisa mungkin untuk tidak bertemu dengamu(sementara ini). Nyatanya, aku tak bisa, kau menggagalkan rencanaku. Kau, tiba-tiba ada. Dihadapanku. Meruntuhkan benteng ketidakpedulian yang sedang kubangun. Melemahkan otak dan perasaanku. Entahlah, kau selalu berhasil memecah-belah konsentrasiku.

Meskipun kau telah dengannya. Asal kau tau. Ketika perbincangan singkat itu, aku menahan beberapa kata yang sebenarnya ingin aku sampaikan. "Rasaku masih ada untukmu, namamu masih mengisi barisan semogaku. Tenang saja, apapun yang orang katakan aku tak peduli. Kini kita hanya perlu berdoa, untuk meyakinkan perihal perasaan yang ada di diri masing-masing. Kumohon, jangan buatku merasa bersalah dengan menunjukan kesedihanmu. Yakinlah, rencana Tuhan jauh lebih indah dibanding rencana kita". Ingin aku mengatakannya sembari menggenggam tanganmu. Namun aku bisu, aku tak bisa mengatakan itu semua. Kau terlanjur melemahkan saraf-saraf yang ada dalam tubuhku. Hingga aku, hanya bisa tersenyum saja, seolah ingin segera mengakhiri segalanya.

Aku hanya bisa bersembunyi dibalik senyuman dan kepura-puraan. Aku tersenyum, sebab hanya itu yang aku pikir mampu meredakan keresahan saat itu. Dan perihal kepura-puraan. Entahlah, sampai kapan aku akan berpura-pura tak menginginkanmu. Mungkin sampai aku lupa bahwa aku sedang berpura-pura(tak menginginkanmu).


Bandung, 14 April 2017 | 07.00 WIB


Terima kasih sudah mampir dan membacanya 😊



Minggu, 09 April 2017

INI TENTANG(A)KU

Andai saja aku bisa mengendalikan keadaan. Aku akan memilih pergi meninggalkan; ketika keadaan memaksa kita untuk saling bertatapan. Sayangnya  aku hanya manusia biasa. Aku tak bisa lari dari kenyataan. Aku harus tetap mengemban tugas yang tengah dipercayakan pada diriku.

Kita ada tersebab pertemuan yang direncanakan Tuhan melalui tangan-tangan manusia. Bukan semata-mata kebetulan. Sadar atau tidak, kurasa pertemuan kita adalah petunjuk dari Tuhan. Untuk menentukan pilihan dengan cara menganugerahkan perasaan.

Aku tahu, Tuhan menganugerahkan perasaan yang sama pada diri kita masing-masing bukan tak ada alasanya. Perasaan itu ada untuk kita maknai dan kita resapi kebenaran rasanya. Sayangnya kita lengah dan mudah goyah. Ketika cobaan menyapa, kita tak cukup kuat menjaga perasaan yang Tuhan titipkan. Namun tak apa. Semua sudah terlanjur terjadi.

Hidup itu pilihan. Dan kau berhak tak memilih aku. Meski aku sempat memilihmu menjadi pilihanku. Meski aku harus berperang melawan keadaan. Untuk tetap memperjuangkan siapapun yang telah menghuni ruang perasaanku; yaitu kau.
Kau yang tak pernah terbayangkan sama sekali. Tetiba datang mencuri hati. Hati yang selama ini kujaga dengan hati-hati,
Agar tak hancur kembali.

Aku sadar. Aku salah. Terlalu banyak menaruh harap padamu. Berlebih menyimpan perasaan untukmu. Hingga tak menyiapkan diri untuk perihal ketidakmungkinan yang bisa saja terjadi kapanpun. Perihal perpisahan misalnya.

Dan apa yang tak aku persiapkan benar terjadi. Ternyata waktu membawamu pergi begitu cepat. Aku tahu konsekuensi dari pertemuan adalah perpisahan. Dan kini kita tengah mengalami fase itu. Fase perpisahan. Namun, bukan perpisahan seperti ini yang aku inginkan. Seolah berpisah dalam keadaan tak baik-baik saja.

Bukan, ini bukan tentang kamu. Ini tentang aku dan diriku. Aku yang tak merasa baik-baik saja tersebab resah yang sedang singgah. Aku semestinya tak merasa kehilangan, bahkan seharusnya aku tak merasa kecewa. Bukankah kita tak ada ikatan? Bukankah kita hanya sebatas teman?? Lantas mengapa, ketika mendengar namamu, kini terasa menyedihkan? Entahlah, aku tidak tahu.

Mungkin kau bertanya-tanya mengapa kunamai status kita telah berpisah. Sedang kita hanya sebatas teman, sedangkan raga kita masih biasa saja, bahkan masih bisa mencipta temu kapan saja. Jawabannya, meskipun tak pernah ada ikatan, kita pernah sama-sama menyimpan harap pada diri masing-masing. Aku pernah memilihmu menjadi pilihanku, dan yang aku tau kaupun begitu; memilihku sebagai pilihanmu. Namun itu dulu sebelum keadaan merubah segalanya. Mungkin kau ragu, lalu kau coba membandingan perihal perasaan. Hingga akhirnya bukanlah aku yang menjadi pilihan.

Kini, aku hanya bisa mendoakan. Untuk diriku dan juga dirimu. Agar kita sama-sama diberikan yang terbaik di jalanNya.
Agar kita sama-sama menjadi lebih baik dengan belajar dari pengalaman sebelumnya. Agar kita tak salah melangkah dan yang paling penting adalah agar kita tak berlebih menyimpan harap pada sesama manusia.



Bandung, 09 April 2017 | 11:11 WIB

#NulisapaLan #Tentangku

Kamis, 09 Maret 2017

Membiarkanmu tetap Ada

Sering kali mereka berkata"sudahlah ikhlaskan saja, lupakan saja, lepaskan saja segala perihal tentangnya". Namun, aku hanya bisa tersenyum. Merasakan sesaknya dalam dada.

Untuk saat ini. Masih bayangmu yang bersemayam direlung jiwa. Meski tak ada lagi kabar yang kuterima. Hatiku masih sabar. Mendoakan yang terbaik untuk kita.

Perihal melepaskan, mengikhlaskan ataupun melupakan. Kukira melakukannya  tidak semudah mengatakannya. Sebab, hatilah yang berperan dan merasakan.

Ketika hati tlah saling bertautan. Aku yakin. Tidak ada satu orang pun yang dapat menepisnya. Mungkin raga kita bisa berpura-pura, tapi aku yakin hati tidak akan pernah bisa. Hati akan tetap merasakannya. Bahkan, jika kau pergi ke ujung dunia untuk menghindarinya. Perasaan itu akan tetap ada.

Maka, aku tidak akan mati-matian melupakan, melepaskan atau mengikhlaskan kepergianmu.
Kubiarkan Waktu yang membawamu hilang perlahan. Hingga perasaan-perasaan yang bermekaran akan terkikis dengan sendirinya. Kubiarkan namamu tetap ada dalam dada. Hingga, entah sebagai apa.




Selasa, 07 Maret 2017

Suara Janu(ari)


Teruntuk; kamu
Dari; Janu(ari)

Selamat pagi,

Bagaimana kabarmu? Semoga kau baik-baik saja dan selalu dalam lindungan-Nya.
Kukirimi kau secarik surat: berisi rentetan perasaan dan kerinduan, yang kurasakan.
Semoga kau rela meluangkan waktumu untuk membacanya.

Tak banyak yang ingin aku sampaikan. Melalui surat ini aku hanya ingin menyatakan perasaan dan kerinduanku selama tak saling bertukar kabar denganmu. Di sini aku pun merasakan hal yang sama sepertimu. Setelah pertemuan terakhir kita. Taman perasaanku kian bermekaran ditumbuhi namamu. Rindu pun tak henti mendatangiku.Ketika tak kudapati kabarmu sehari saja. Gelisahku. Resahku. Aku tak karuan merasakan kerinduan. Namun, terkadang aku hanya  bisa memendamnya sendirian.

Kita memang belum pernah disatukan dalam sebuah ikatan. Namun, hatiku telah terikat oleh ragamu. Bayangmu, selalu mengitari ruang hatiku. Menari-nari, hingga terkadang membuat wajahku berseri seorang diri. Ingin rasanya kujadikan kau permaisuri di kerajaan hatiku dan aku adalah rajanya. Agar aku bisa terus di sampingmu kapanpun aku mau.

Mungkin harapku terlalu tinggi. Namun, bukankah manusia hanya bisa berharap? Meminta yang terbaik menurut dirinya masing-masing. Dan menurutku yang terbaik adalah kamu.

Saat ini, aku tidak akan memaksamu untuk menjadi permaisuriku. Meskipun hati ini sangat mengingini. Untuk saat ini, aku hanya bisa mendoakanmu. Meminta ridhoNya, untuk mempersatukan kita dalam ikatan yang suci.

Jika kau bersedia. Tunggulah aku. Doa-doa yang kupanjatkan akan menjemputmu. Membawamu, menujuku. Dan kita akan bersatu, memulai kisah sejati yang abadi.


Itulah, perihal perasaanku dan kerinduanku yang sebenarnya kurasakan. Juga harapan-harapanku yang mungkin sama dengan harapanmu. Tak perlu cemas, gelisah ataupun bimbang. Kita nikmati saja Anugerah perasaan yang Tuhan berikan.


Terima kasih sudah rela membacanya. Semoga harimu selalu menyenangkan.



Noted : Baca tulisanku sebelumnya "Untukmu, Janu(ari)"

Jumat, 03 Maret 2017

Ruang Percaya

Kita menghirup udara yang sama, kita berada di dunia yang sama dan kita pun sama-sama makhluk CiptaanNya. Percayalah, jarak ini adalah perjalanan yang harus kita tempuh untuk menuju hari bahagia. Percayalah rencana Tuhan jauh lebih indah dari rencana kita.

Kunamai; Ruang percaya. Setiap kali aku memasuki ruang ini, aku percaya keterpisahan kita hanyalah sementara. Tuhan menghadirkan jarak diantara kita bukan tanpa tujuan. Jarak yang membentang adalah cobaan untuk kita dariNya. Seberapa mampu kita menjaga perasaan kita untuk dia yang sedang menanti kita diruang yang berbeda. Agar kita buktikan seberapa besar rasa yang kita punya.
Apakah akan tetap ada meski terpisah jarak, ataukah akan hilang ditelan masa karena hadirnya orang ketiga?

 Jika kita percaya, maka kita akan tenang menjalaninya. Sebab, ketika jarak menguji sebuah kisah cinta. Hanyalah rasa percaya penawar segala keresahan, kegundahan dan rasa-rasa yang membuat sesak didada. Sejauh apapun kau melangkah, aku akan tetap ada jika kau mengijinkanya.
Aku akan tetap di sini; Di Ruang percaya, menantimu bersama hati yang kujaga sepenuh hati. Bersama pasrah dan harap,  tak pernah alpa aku bisikkan namamu kesunyian malam. Bagaimanapun aku dan kamu akhirnya kelak. Kuserahkan kepada Sang Maha SegalaNya. Bersama ataupun berpisah, aku yakin itu adalah keputusan yang terbaik dariNya untuk kita.


#30DWC #Day30 #30DWCjilid4




Rasa "Cinta"

Andai saja jatuh cinta dapat direncana. Mungkin aku bisa berencana akan jatuh cinta pada siapa. Sayangnya perasaan itu datang begitu saja. Bahkan ketika aku sedang tak menginginkan kehadirannya.

Semakin aku menepiskan perasaan yang sedang kurasa. Aku semakin tersiksa. Debar-debar dalam dada, semakin berdegup tak seirama. Ketika tubuhmu tetiba nampak dihadapan mata. Seketika itu pula pikirku kacau, hanya tersebab perangaimu yang menyejukan jiwa.

Bisakah kita bicara berdua saja? Akan aku ungkap rasa yang sedang membara. Rasa yang terus berlarian menuju tubuhmu tanpa jeda. Untukmu, Tuhan anugerahkan rasa cintaku. Adalah kamu pencuri hatiku yang selama ini aku jaga.

Bisakah kamu dengarkan aku sebentar saja? Maafkan aku, jika kejujuranku menyakiti ditelingamu juga mendatangkan gundah dihatimu. Aku hanya ingin rasa lega, agar tak ada beban dalam jiwa yang menyiksa dada. Perihal rasa yang sedang menerpa. Aku tak berharap kau membalasnya. Aku hanya ingin sekedar kau tahu. Bahwa aku memiliki rasa untukmu; rasa cinta. Mungkin terlalu cepat jika kusimpulkan sebagai  "rasa cinta", tapi itulah yang kurasa.


#30DWC #Day29 #30DWCjilid4

Selasa, 28 Februari 2017

Rindu diakhir Februari

Ketika rindu menghampiri, aku hanya mampu mendoakanmu pada malam yang sunyi. Ditemani sepi, kubisikkan perihal rasa rindu yang terus menghantui. Kisah yang tak sempat kita cipta. Terkadang membuatku rindu tak berkesudahan.

Ketika bayangmu menari-nari diruang imaji(ku). Aku hanya bisa menjadi pemerhati. Gerak-gerik yang kau suguhkan, membuatku semakin tak mengerti. Pada hati yang kian hari kian menjadi; aku semakin mendamba hadirmu di sini, di sampingku.

Namun, ketika aku larut dalam sekotak memori. Aku terhenti, di ruang hati. Kutatap hati, kemudian kulontar tanya pada hati "Apakah aku harus menunggunya, ataukah beranjak pergi darinya? Ketika rindu terus menyiksa hati, membayang-banyangi jejak langkah kaki. Haruskah aku pergi?"
Seketika hening. Tak ada jawab yang kudapatkan. Mungkin memang tak perlukan jawaban. Sebab, hati hanya bisa rasakan. Diambang keraguan dan ketidakmungkinan. Masih terselip keyakinan. Dan masih tersimpan harapan yang kusimpan dengan penuh kehati-hatian.

Di hari terakhir Februari. Ditemani hujan dan kenangan. Kutuliskan kembali perihal kerinduan dan harapan.

Untukmu kisah tak sampai-ku.
Saat ini aku tak punya cukup keberanian untuk mengungkap, perihal rindu yang sedang kurasakan. Biarlah kutitipkan rinduku padaNya. Pada Sang Maha SegalaNya. Aku yakin, rinduku akan disampaikan Oleh-Nya. Rindu yang kutujukan padamu. Yang berada di sana.

Selasa, duapuluhdelapan Februari dua ribu tujuh belas. Aku merindukanmu.

#30DWC #Day28 #30DWCjilid4

Jika Saja

Pada jika-jika yang menari di langir kamarku. Aku hanya bisa memandangnya. Tak sepatah kata pun dapat aku ucapkan. Namun, di dalam jiwa, hati tak henti bermonolog tentang dipertemukannya kita oleh Tuhan.


Jika saja,
Aku tak bertemu denganmu. Mungkin aku tak akan merasakan indahnya jatuh cinta(lagi).

Jika saja,
Aku tak membiarkanmu masuk kedalam hidupku. Mungkin aku tak akan tau perihal kehidupanmu. Yang mampu membuatku berdecak kagum.

Jika saja,
Aku tak mecintaimu terlalu dalam. Mungkin aku tak akan kesakitan. Tersebab, aku yang jatuh cinta sendirian.

Jika saja,
Aku tak mengenalmu. Mungkin aku tak akan seperti sekarang. Sekarang aku lebih giat untuk duduk dan bersembah sujud. Meminta dan menyebutkan namamu dihadapan Sang Pemilikmu.

Jika saja,
Aku dan kamu tidak dipertemukan Tuhan. Mungkin aku tak akan tahu. Perihal merelakan, melepaskan dan mengikhlaskan.

Aku bukan sedang berkeluh kesah. Aku hanya sedang berjika-jika. Tersebab hadirnya pertemuan namun tak berujung penyatuan.

Setelah jiwaku gaduh tersebab "berjika-jika". Aku sadar. Ternyata banyak pembelajaran yang bisa kita petik dari pertemuan kita. Ternyata Tuhan tak semata-mata mempertemukan kita. Tuhan memang selalu memberikan hikmah dibalik segala yang Dia ciptakan. Entah perihal perasaan hati atau perihal cobaan dikehidupan. Selama kita berpikir positif dan menerimanya.



#30DWC #Day27 #30DWCjilid4 #latepost

Kalian Apa kabar?

 Lama tak berpeluk mesra sambil berbagi cerita. Lama tak berbagi duka yang berujung tawa. Aku merindukan kita yang dulu. Rinduku kali ini milik kalian. Kalian; para sahabat terbaikku.

Kalian apa kabar?
Sudah berapa lama kita tak mencipta jumpa? Rasanya baru kemarin kita belajar bersama. Ketika masih mengenakan seragam putih-abu. Ternyata, kita sudah enam tahun meninggalkan masa itu.

Kalian apa kabar?
Aku yakin pasti kalian baik-baik saja. Bahkan jauh lebih baik dari masa-masa kita di enam tahun lalu. Kita yang kini telah memiliki kehidupan yang sesungguhnya. Kehidupan dengan dunia kita masing-masing. Kesibukan dalam berbagai hal. Entah bekerja atau mengurus rumah tangga.

Kalian apa kabar?
Rasanya ingin kupeluk satu persatu tubuh kalian, agar rindu ini terlepaskan. Aku rindu melihat lengkung senyum dibibir kalian dan juga cerita-cerita kalian di masa sekarang. Bagaimana kabarnya buah hati yang dititipkan Tuhan ? Semoga sehat selalu dan akan menjadi anak yang membanggakan orangtuanya kelak.
Ada banyak pertanyaan yang ingin aku tanyakan perihal keadaan kalian sekarang. Namun aku paham, dengan kehidupan masing-masing kita, aku hanya bisa memperhatikan dari kejauhan.

Sedih terkadang, hanya bisa melihat kalian dari balik layar ponsel saja. Bahkan, untuk sekedar menyapa atau bertukar kabar pun, terkadang aku lalaikan. Sahabatku, mungkin aku bukan yang terbaik untuk kalian. Sebab, aku tak pernah meluangkan waktu untuk sekedar bertanya keadaan kalian. Kuhaturkan maaf, yang sedalamnya untuk kalian. Bukan tak ingin menyapa dan melupa. Tersebab berbagai kesibukan yang mulai menyita waktu. Mungkin aku  seolah terlihat tak peduli pada kalian. Namun jangan salah kira, nama-nama kalian tetap ada dalam doa-doaku. Sampai kapanpun, aku akan tetap mendoakan yang terbaik untuk kita semua. Dan kalian akan tetap menjadi yang terbaik untukku.

Salam Rindu, untuk Sahabatku !


Bandung, 26 Desember 2016 | 21.37 WIB

#30DWC #Day26 #30DWCjilid4

Minggu, 26 Februari 2017

Kita, Cinta dan Lapang dada

Cinta selalu datang tiba-tiba dan tanpa aba-aba. Semenjak Tuhan menghadirkanmu dalam kehidupanku.  Hidupku tak lagi hampa. Kau membuatku kembali merasa, apa itu perasaan cinta. Dan disaat yang bersamaan kau juga mengajariku perihal lapang dada.

Januari lalu. Tuhan menganugerahkan sebuah perasaan aneh dalam hatiku; aku jatuh cinta. Kau yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Tetiba aku jatuh cinta padamu. Orang yang baru kukenal dalam waktu hitungan menit. Setelah perjumpaan itu aku merasakan hal yang aneh, mengapa pikirku terus tertuju padamu? Siapa kamu sebenarnya? Mengapa kurasa bahagaia setelah perjumpaan pertama itu? Mungkinkah aku jatuh cinta? Bisikan gundah hatiku sedang bermonolog.

Mungkin kau tak pernah tahu. Sebelum kau menyapaku lewat pesan itu. Hampir setiap hari aku menyebut namamu dalam doaku.  " Ya Rabb, jika ini benar cinta untuk dia berikanlah aku petunjukMu dan ijinkanlah aku menyampaikannya perihal perasaan ini pada dia" itulah pintaku pada Sang pemilikmu.

Hari berganti, kulihat namamu hadir dalam salah satu personal chat di ponselku. Bahagia rasanya. Terharu. Mungkinkah ini jawaban dari doa-doaku? Secepat ini? Mungkin saja. Sebab, bagi-Nya tidak ada yang tidak mungkin. Betapa beruntungnya aku. Begitu cepat Tuhan memberikan petunjukNya. Pikirku kala itu.

Seiring berjalannya waktu. Kedekatan kita semakin lekat. kau semakin pekat dalam ingatku. Perjumpaan tak terduga pun semakin sering kita lalui. Dan semakin tumbuh pula perasaan itu. Kukira aku benar-benar jatuh cinta padamu. Hingga, namamu tak pernah alpa dalam sela-sela doa yang kubisikan pada-Nya.

Lagi, dan lagi aku ucapkan"Alhamdulillah". Dalam hitungan hari, Tuhan memberikan lagi petunjuk-Nya. Kau mengatakan bahwa perasaan cinta itu telah hadir dihatimu; untukku. Kau tak meminta jawaban, pun perihal balasan. Sebab yang kau ungkapkan adalah pernyataan cintamu, bukan pertanyaan. Bagaimana, perasaanku senang tentunya. Mungkinkah dia pelabuhan cinta terakhirku? Sabar, kau tak boleh terburu-buru dalam mengambil keputusan. Bisikku dalam hati.

Bulan terus berganti. Dan kau masih tetap ada; menghuni hati. Hingga akhirnya, aku putuskan untuk mengatakan apa yang sebenarnya kurasa. Bahwa aku memiliki perasaan yang sama. Sama jatuh cinta sepertimu. Itulah pernyataanku yang tak perlu kau jawab. Kukira kau pun bahagia rasanya. Pengakuan adanya cinta bukanlah hal yang harus ditutupi atau disimpan hanya dalam hati. Jika tidak akan menimbulkan perdebatan, ungkapkan saja. Setelah pengakuan dua hati. Apa yang terjadi. Kita bersama? Menjalin kisah?  Jawabannya; tidak. Mengapa tidak bisa bersama? Sebab, ada hal yang membuat kita tak bisa bersama untuk saat ini.

Bagaimana rasanya ketika dua hati manusia memiliki perasaan yang sama namun mereka tak bisa bersanding bersama? Ketika rasa cinta bermekaran disaat yang bersamaan pula harus kita redam. Rasanya bahagia dikecup rasa kecewa.

Lalu bagaimana dengan pernyataan. "Cinta itu harus saling memiliki, jika benar adanya". Aku tidak sependapat dengan kalimat itu. Sebab, tidak semua yang kita inginkan dapat kita miliki. Termasuk perihal cinta. Bukan dalam artian tidak berusaha memperjuangkan cinta. Tapi cinta tidak bisa dipaksakan.

Meski hatiku kacau galau. Aku tetap berusaha menenangkan hatiku. Keadaan seperti ini benar-benar menggerakkan hatiku untuk lebih giat mendoakanmu dan mendoakan kita. Agar perasaan cinta yang membara di hati masing-masing segera berganti menjadi perasaan lapang dada, tersebab kita tak bisa bersama.

Kini, kita memutuskan untuk saling mendoakan. Kita berdoa dari ruang yang berbeda. Bersama atau tidak pada akhirnya. Kita tunggu saja jawaban dari-Nya. Jangan pernah letih untuk tetap memperjuangkan semasing kita lewat doa-doa dan berharaplah hanya pada-Nya.

Jatuh cinta padamu. Tak pernah kusesali sedikitpun. Sebab, perasaan itu adalah anugerah dari Sang Maha Pencipta. Dan aku yakin selalu ada hikmah setelahnya.
Mengenalmu mengajariku bagaimana cara mengendalikan cinta yang baik; cinta positif yang lebih mendekatkanku pada Sang Maha Segala-Nya.

#30DWC #Day25 #30DWCjilid4

Sabtu, 25 Februari 2017

Perihal Makna

Berkali-kali kupahami perihal makna dari sebuah kata. Ternyata sebuah kata dapat menciptakan ragam definisi yang berbeda jika dibaca dari beda kepala.

Ketika perihal rasa aku ungkap melalui rangkaian kata-kata. Aku merasa lega. Entah itu, rasa suka maupun duka. Mungkin tulisan itu tidak bermakna bagi mereka yang sedang tak merasa. Namun, bagiku tulisan itu tetap bermakna. Sebab, aku merasa, ada beban yang lepas tanpa dipaksa. Ada jiwa yang kemudian lapang ketika aku menuangkannya dalam sebuah cerita.

Jika berbicara perihal makna. Untuk saat ini dan beberapa hari yang lalu. Mungkin tulisanku hanya aku yang memahami maknanya. Atau mungkin ada dari kalian yang rela membaca lalu sedikit larut dalam tulisanku. Dan bertanya "apa makna dari tulisan ini yang sebenarnya?"
Tak perlu kujawab. Hanya aku dan Tuhan yang tahu makna yang sebenarnya. Tuhan menjadi saksi bisunya. Niatku menulis itu untuk apa dan untuk siapa.

Ketika aku tak bermakna dimata manusia. Hanya pada Tuhan dan pada aksara aku mampu menceritakanya. Perihal makna dalam sebuah tulisan. Aku biarkan tulisanku menjadi sebuah kenangan. Bahwa aku pernah mengalami gejolak keresahan. Yang akan aku baca dengan senyuman; suatu hari nanti.

Untuk saat ini, memang karyaku belum benar-benar bermakna(positif). Namun, Bukankah semua butuh proses? Inshaa allah. Akan aku lewati fase-fase itu. Hingga tulisanku menjadi benar-benar bermakna bukan hanya di satu kepala.


Mohon Doanya ...
Terima kasih

#30DWC #30DWCjilid4 #Day24


Kamis, 23 Februari 2017

AKU MENEMUKANMU

Padamu aku jatuh hati
Berkali-kali tanpa henti
Kau membuatku mencari
Makna dari tatapan penuh misteri

Ketika itu luka sedang singgah
Membekukan rasa dalam resah
Ingin aku berlari bersama amarah
Entahlah, aku hanya ingin enyah

Namun, kau menemukanku
Kau basuh resah dan amarahku
Kau sembuhkan setiap inci lukaku
Dan aku berkata; aku menemukanmu

Kau datang bagai penyihir
Kau melagukan kata dengan mahir
Suaramu mengandung magis
Meluluhkan hatiku yang tragis

Padamu, kutitipkan hatiku
Padaku, kau titipkan hatimu
Kita arungi roda kehidupan bersama
Hingga kita dipisahkan oleh Sang Maha Kuasa.



#30DWC #30DWCjilid4 #Day23



Rabu, 22 Februari 2017

Hadapi, pikirkan dan tindakan

          Awalnya saya ragu. Apakah saya bisa atau tidak dalam menyelsaikan challenge hari ini? Seharian saya berpikir dan mencari referensi buku. Namun tak satu kata pun dapat saya tuliskan dari hasil pencarian. Hingga beberapa saat saya terdiam. Dan terlintaslah dalam pikiran kata “Hadapi, pikirkan dan segera lakukan tindakan”.

Terkadang ketika kita dihadapkan dengan sebuah keadaan yang kita pikir menyulitkan. Kita hanya fokus memikirkan bagaimana cara menyelsaikannya. Bertanya mencari jawaban dengan cara searching atau meminta solusi kepada kerabat atau sahabat. Padahal kita hanya perlu meminta petunjukNya. Berdoa dan bersimpuh dihadapanNya.

Dalam kehidupan
kita tak bisa lepas dari yang namanya permasalahan. Bahkan apa yang sudah kita rencanakan pun terkadang tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Ketika masalah itu menghampiri, apa yang harus kita lakukan? Tentunya bukan menghindari. Pasti harus tetap kita hadapi. Begitupun dalam hal kepenulisan. Tidak jarang kita sebagai penulis mengalami Writing’s block. Kehabisan ide, atau Bingung apalagi yang akan kita tulis.

Seperti yang sudah saya sampaikan di paragraf pertama. "Hadapi, pikirkan dan segera lakukan tindakan". Saya terapkan hari ini.

Bagaimana mengahadapinya?
Kita hadapi dengan penuh keyakinan. Yakinkan diri kita bahwa kita bisa menyelsaikan setiap permasalahan yang sedang menghampiri kita. Misalnya; mood sedang tidak bagus, atau sibuk kerja, kegiatan sekolah dan lain-lain. Jangan mimpi ingin jadi seorang penulis, jika waktu untuk menulis saja tak pernah kau luangkan waktunya. Dan ingat, seberapa berat masalah yang sedang menerpa kita, pasti ada jalan keluarnya. Ingat Tuhan itu Maha SegalaNya. Tak mungkin Dia memberikan ujian tanpa sepaket dengan memberikan jawabannya. Hanya saja kita perlu sedikit usaha untuk mendapatkan jawaban itu. Hadapi dan Yakin.

Lalu, apa yang harus kita pikirkan?
Kita pikirkan, apa yang menjadi penyebabnya. Mengapa kita kehabisan ide, mengapa kita bingung? Coba perbanyak membaca agar mendapat banyak inspirasi,  atau perbanyak interaksi langsung dengan lingkungan sekitar, berbagi cerita tentang dikehidupan nyata dan dalam dunia nyata. Buatlah catatan pendek dalam secarik kertas atau dalam note di ponsel. Namun jangan terlalu lama berpikir, tapi kita juga harus segera melakukan tindakan.

Mengapa harus segera melakukan tindakan?
Sebab, jika kita terlalu banyak memikirkan tanpa melakukan tindakan tidak akan pernah menghasilkan apa-apa. Apa yang kita pikirkan akan terbuang sia-sia jika hanya disimpan dalam pikiran saja. Catatan pendek yang sudah kita buat sebelumnya, bisa kita kembangkan. Agar menjadi sebuah karya tulis/sebuah tulisan yang bermakna pastinya.

Mungkin kalimat "Hadapi, pikirkan dan segera lakukan tindakan". Bisa diterapkan dipermasalahan yang lainnya. Menurutku, "Masalah tidak akan selesai jika hanya dihadapi tanpa memikirkan jalan keluarnya, juga tidak akan selesai jika hanya dihadapi, memikirkan jalan keluar tapi tidak melakukan tindakan apa-apa".
Ketika mendapatkan challenge di hari ke 22, saya kebingungan. Namun saya tetap hadapi hari ke 22, lalu saya pikirkan apa yang harus saya tulis. Dan ternyata saya sadar, bukan hanya perlu di hadapi dan dan dipikirkan, tapi juga harus ada tindakan. Jika saya tidak segera bertindak(menuliskan apa yang ada dalam pikiran) mungkin tidak akan jadi tulisan ini.
"Hadapi, pikirkan dan segera lakukan tindakan"

(Terima kasih untuk challenge hari ini. Saya jadi punya slogan penyemangat baru)
KEEP ON FIRE


#30DWC #Day22 #30DWCjilid4

Selasa, 21 Februari 2017

Bicaralah dan sampaikanlah

       Sekilas kubaca matamu berbicara, ada rona bahagia yang sedang kau rasa. Saat kita saling melempar kata, kau seolah enggan mengakhirinya. Namun, ketika kuselami lebih dalam bola matamu, kulihat kau menyimpan sejuta ragu didalam sana; diruang hati. Yang penuh kehati-hatian.

     Demi mencari makna yang sebenarnya. Kutelusuri perkataanmu dalam-dalam. Perlahan kumaknai kata per kata. Sesekali kau tersirat bahagia, sesekali pula kau menyiratkan keraguan. Kau yang selalu membuatku terbawa hingga heningnya malam. Larut dalam kata-kata yang kau suguhkan dan kau yang juga memberiku banyak tanda tanya. Hingga aku kacau tak karuan.

       Bicaralah, jika benar rasa itu ada untukku. Dengan seksama, aku akan mendengarkannya. Akan kumaknai kata-kata yang kau bisikan tepat dihadapan mataku. Tak perlu kau merasa takut ataupun malu. Sebab, memiliki perasaan suka atau kagum adalah hal yang manusiawi. Dengan catatan tidak memaksa dan tetap saling menghargai. Sampaikanlah,agar semasing kita tahu apa yang sebenarnya sedang dirasakan hati.

       Sampaikanlah, jika benar ragu itu ada dan sedang menghampirimuu saat ini. Ceritakan padaku perihal keraguan yang mengganjal didalam dadamu itu. Barangkali aku bisa, membantu menyelsaikannya. Namun, seandainya aku tak bisa membantumu, kukira perasaanmu akan rasa lebih lega. Bicaralah, lalu ceritakan yang sebenarnya. jangan sampai menyimpan perihal rasa sendirian. Sebab, aku tahu bagaimana rasanya memendam dan menahan apa yang sedang kita rasakan; rasanya menyesakan. Meskipun akhirnya kau tak mendapat balasaan atau jawaban, setidaknya kelak tak akan ada penyesalan.

Jangan terlalu banyak memberiku harap, jika akhirnya kau memilih berlalu ditelan gelap. Bicaralah, sampaikanlah bagaimana perasaanmu sebenarnya.


#30DWC #Day21 #30DWCjilid4 #edisingantuk

Senin, 20 Februari 2017

Secangkir kopi dan sedikit tentangmu

       Germisi malam ini kunikmati dengan secangkir kopi dan sedikit tentangmu.

      Sesekali angin menyusup di celah-celah jendela dengan isyarat menerbangkan gorden kamarku, yang sengaja sedikit kubuka. Dinginnya memang menusuk hingga ke tulang-tulang, namun aku suka bau basah ketika hujan turun. Menyejukan hati rasanya.

       Perlahan kuhirup aroma latte yang sedari tadi menggodaku. Segarnya, gumamku.
Lalu kucicip dengan sendok mungilku.
Ketika lidah merasakan pahit yang tak mampu aku ucapkan.Pecah hingga ke kepala rasanya.
Tak lama aku tertegun menikmati bulir-bulir hujan yang berjatuhan.
Mulai larut dengan berandai-andai.
Andai saja kau ada di sini menemaniku. Akan kubuatkan kau secangkir kopi agar kita larut dalam berbagai cerita. Hingga pagi menyapa. Akan kuceritakan perihal rinduku, padamu. Yang sudah menggunung diujung kepalaku. Aku sadar mungkin rindu ini tak sepantasnya ada. Sebab aku bukan siapa-siapa; bagimu.

       Kau hampir membuatku gila. Pada pertemuan kita yang tak pernah kusangka, kau buatku jatuh cinta. Pada tatap pertama. Aku menyesap kopi-ku kembali, yang tinggal setengah gelas. Tanpa menghentikan lamunanku yang terus berandai-andai.
Andai saja kau tahu, semenjak hari itu.
Rasaku terus tertuju padamu. Mungkin aku tak akan menikmati kopi ini sendirian. Mungkin kau akan meluangkan waktu 'tuk sekedar duduk menemaniku, memperhatikan kegelisahanku karena pesonamu. Yang tanpa sadari kau suguhkan di depan mataku.

       Hujan semakin menderas, kuhabiskan sekali teguk sisa-sisa kopiku. Yang semakin pekat rasa pahitnya. Bersama itu pula kututup jendela kamarku dan juga berandai-andaiku, tentangmu. Lalu kutenggelamkan tubuhku dalam lelapku.


Selamat malam kamu, kau membuatku terjatuh tepat dihatimu.


Bandung, 20 Februari 2017 | 21.21 WIB

#30DWC #Day20 #30DWCjilid4

Minggu, 19 Februari 2017

Bersama Angin

Bersama semilir angin yang mengigilkan, kuterbangkan rasa yang sempat tertahan. Kuhamburkan ke udara berbagai macam perasaan agar luruh membaur bersama debu jalanan yang menari ditengah-tengah teriknya mentari.

Satu per satu aku terbangkan. Harap dan pintaku yang sempat kutujukan untukmu.
"Aku tak akan menantimu lagi, aku tak akan mengharapkanmu lagi, aku akan melepaskanmu sekarang. Bawalah ia pergi dari hatiku, jangan pernah kembali jika bukan Tuhan yang mengijinkannya. Pergilah, terbanglah bersama perasaan yang sempat kau tinggalkan dihatiku". bicaraku pada angin.

Seolah enggan pergi, angin itu tiba-tiba membeku menyerupai sosokmu dihadapan wajahku. Sebenarnya aku tak ingin melakukan semua ini. Namun aku harus segera bergegas pergi. Untuk membenahi diri dan hati. Sebab, jika aku terus meratapimu dalam sepi. Yang kudapat hanya ilusi. Sampai kapanpun kau tak akan pernah bisa kumiliki.

Terbanglah, kemana pun kau ingin. Namun jangan ingin kembali ke tempat ini. Sebab, aku tak ingin merasakan gigil yang sama.

Kini, bayangmu mulai samar kulihat, hingga tak lama kemudian bayangmu lenyap, ditelan angin. Ada sedih dan sesak kurasa dalam dada. Ada lega juga yang kurasa disaat yang bersamaan. Aku tak akan meralat keputusanku lagi.(tersenyumku)

Jadilah angin yang menyejukan, walaupun tak terlihat wujudnya. Tetaplah jadi angin yang paling menyegarkan pikiran, meski hanya mampu dirasakan.



#30DWC #Day19 #30DWCjilid4

Hadirmu (Hari itu)



      Disadari atau tidak hadirmu telah mengembalikan harap-harapku yang sempat aku enyahkan; perihal hati.
Semenjak waktu mempertemukan kita, aku kembali merasa. Adanya debar dalam dada.

      Malam ini aku ingatanku ingin menyapamu. Kamu yang kala itu menemaniku. Di akhir tahun dua ribu enam belas.

Masih ingat denganku?

        Aku yang hari itu duduk di sampingmu. Mendengarkan keluh kesahmu, di masalalu. Ceritamu membuatku haru. Hingga aku tak mampu berkata-kata, aku hanya mampu tersenyum semu. Ada seribu tanya didada yang sebenarnya ingin aku pertanyakan kala itu. Bukan tentang kisah di masalalu-mu. Tapi tentang rencana Tuhan, rencana Tuhan mempertemukan kita melalui pesona yang kau pancarkan. Caramu menyampaikan cerita tentang "kegilaanmu" dulu. Yang membuatmu menjadi seperti sekarang. Lelaki yang kupikir cukup hebat diusiamu saat ini. Mungkin aku terlihat sedikit berlebih, tapi itulah yang kurasa dan kulihat, aku tak mampu berdalih.

Selepas pertemuan itu, kau meninggalkan bekas yang tak mampu aku lupa hingga detik ini; malam ini. Entahlah, semua datang begitu saja. Rasa yang tak pernah ku-undang dan tak pernah aku rencanakan sebelumnya. Rasa suka dan kagum padamu yang sederhana.

Selepas pertemuan itu, aku mulai menunggumu. Ada resah yang menunggu kabar darimu. Ada sendu yang tumbuh tersebab rindu. Ada tanya yang membutuhkan jawab. Apakah yang kau rasa juga sama dengan yang kurasa? Ataukah hanya aku yang merasa? Entahlah, Kau memang selalu meninggalkan banyak tanya. Ketika aku denganmu ataupun ketika aku tanpamu.
Bahkan sampai saat ini. Kau masih meninggalkan jejak penuh tanda tanya.

Malam ini ingatanku hanya ingin menyapamu. Mungkin aku rindu. Rindu padamu, yang entah dimana kini.

Semoga kau masih ingat dengaku dan hari itu.

Salam Rindu, dariku untukmu.


Bandung, 18 Februari 2017 | 22.07 WIB
#30DWC #Day18 #30DWCjilid4


Jumat, 17 Februari 2017

Yang Sebenarnya

Melupakanmu atau melepaskanmu? Mungkin, terlihat seperti itu. Namun,  bukan perihal itu yang sebenarnya sedang aku lakukan. Aku hanya tak ingin melukaimu lebih jauh. Itu saja.

Bagaimana rasanya, ketika dua orang insan memiliki perasaan yang sama; sama-sama saling jatuh cinta. Namun, disaat yang bersamaan mereka harus meredam perasaan itu. Bahkan mungkin terlihat seperti saling melepaskan, kemudian melupakan.

Tidak menerimamu, bukan berarti aku tak memiliki perasaan untukmu. Di sini, aku pun sama. Merasakan apa yang sedang kau rasakan. Ada rasa bahagia dan nyaman yang kurasa saat duduk disampingmu ataupun hanya sekedar berbalas pesan denganmu. Ada rindu yang meronta dalam kalbu, ketika waktu tak mengijinkan kita tuk hadirkan temu. Tak pernah sedikitpun niatku 'tuk melupakanmu.

Aku memang sengaja tidak memberimu banyak harap. Sebab, aku tak ingin perasaan kita ini berujung harapan tanpa kepastian.Terjebak keinginan sekedar ingin saling memiliki. Aku ingin kita berujung pada cinta yang suci. Tanpa ada perasaan yang dipaksa ataupun tersakiti.

Jujur saja.Di pertemuan pertama kita, kau telah mengembalikan rasa percaya diriku yang pernah hilang dibawa terbang oleh dia yang entah dimana sekarang.

Percayalah, namamu tetap ada di dalam doa-doaku, dalam semogaku, dan dalam inginku.Tunggulah aku, akan kusambut kau suatu hari atas ijin sang waktu. Semoga perasaanku ini akan tetap ada untukmu dan tetap tumbuh untukkmu.
Perihal kamu kepadaku, kuserahkan padamu. Kau berhak memilih dengan siapa kau akan menjalani kehidupan yang sesungguhnya kelak. Mungkin denganku, mungkin bukan denganku. Keputusan ada ditanganmu; ketika kau mengangkat tangamu lalu menyisipkan sebuah nama dalam doa-doamu.

Beberapa hari yang lalu, aku duduk dengan seorang pria di tempat pertama kali kita bertemu. Kukira aku akan merasakan hal yang sama seperti saat kita pertama bertemu. Ternyata tidak, yang kudapat di sana, hanya bayangmu. Aku berharap yang duduk di depanku adalah kamu. Kamu yang kini selalu ada dalam doaku.

Aku tak mampu jika harus menyampaikan semua ini sembari menatapmu.
Mendengar namamu saja dadaku sudah bergetar hebat. Maka dari itu, aku titipkan perihal perasaanku melalui sebuah tulisan.

Sekian!
Selamat malam, Dariku untukkmu.
Bandung, 17 Ferbruari 2017  | 21.42 WIB


#30DWC  #Day17 #30DWCjilid4


Kamis, 16 Februari 2017

Gara-gara "Lagu Rindu"

Alunan lagu kerinduan mendayu-dayu di kamarku. Terdengar sendu irama yang diciptakan sang pecipta lagu. Seolah mengajak kita 'tuk sejenak kembali mengenang kenangan yang terukir di masalalu.

Tanpa aba-aba ingatanku, berlari menujumu. Kamu yang hari itu duduk bersamaku. Mengukir cerita, lewat canda dan tawa yang membuatku begitu candu. Ingin terus berada disampingmu rasanya. Menghabiskan setiap detik jam yang terus berputar.

"Apakabar kamu? Lama tak bertemu".
(Dialog hatiku dengan lamunanku)

Dua minggu telah berlalu. Sengaja tak aku hadirkan sapa, sengaja aku tak ciptakan temu dan sengaja kuberi jeda. Agar kau dan aku benar-benar rasa. Bahwa rindu itu benar adanya. Dan tertuju pada dia yang ada dalam hati kita.

Bagaimana kabarmu? Adakah rindu itu untukku?
(Dialog kedua hatiku dengan lamunanku)

Mendiamkanmu, bukan berarti aku tak rindu, bukan pula rasa itu telah hilang. Di sini aku merindukanmu. Merindukanmu lebih dari yang kau tahu.Namun, aku butuh waktu untuk mencerna perasaan apa yang sedang menerpaku. Aku hanya ingin lebih hati-hati untuk menentukan pilihan hati.

Mungkin sekilas, kau lihatku hanya terdiam dan melamun. Tidak, aku tidak seperti yang kau lihat dalam kasat matamu. Asal kau tahu didalam lamunanku selalu ada bayangmu melayang-layang, dan didalam diamku, aku tak henti berdoa. Tak pernah kulewatkan sekalipun 'tuk sisipkan namamu dalam doa dan pintaku.

Aahhh sudahlah.. kuhentikan lamunanku (kumatikan saja lagu itu)..


#30DWC #Day16 #30DWCjilid4