Selasa, 28 Februari 2017

Rindu diakhir Februari

Ketika rindu menghampiri, aku hanya mampu mendoakanmu pada malam yang sunyi. Ditemani sepi, kubisikkan perihal rasa rindu yang terus menghantui. Kisah yang tak sempat kita cipta. Terkadang membuatku rindu tak berkesudahan.

Ketika bayangmu menari-nari diruang imaji(ku). Aku hanya bisa menjadi pemerhati. Gerak-gerik yang kau suguhkan, membuatku semakin tak mengerti. Pada hati yang kian hari kian menjadi; aku semakin mendamba hadirmu di sini, di sampingku.

Namun, ketika aku larut dalam sekotak memori. Aku terhenti, di ruang hati. Kutatap hati, kemudian kulontar tanya pada hati "Apakah aku harus menunggunya, ataukah beranjak pergi darinya? Ketika rindu terus menyiksa hati, membayang-banyangi jejak langkah kaki. Haruskah aku pergi?"
Seketika hening. Tak ada jawab yang kudapatkan. Mungkin memang tak perlukan jawaban. Sebab, hati hanya bisa rasakan. Diambang keraguan dan ketidakmungkinan. Masih terselip keyakinan. Dan masih tersimpan harapan yang kusimpan dengan penuh kehati-hatian.

Di hari terakhir Februari. Ditemani hujan dan kenangan. Kutuliskan kembali perihal kerinduan dan harapan.

Untukmu kisah tak sampai-ku.
Saat ini aku tak punya cukup keberanian untuk mengungkap, perihal rindu yang sedang kurasakan. Biarlah kutitipkan rinduku padaNya. Pada Sang Maha SegalaNya. Aku yakin, rinduku akan disampaikan Oleh-Nya. Rindu yang kutujukan padamu. Yang berada di sana.

Selasa, duapuluhdelapan Februari dua ribu tujuh belas. Aku merindukanmu.

#30DWC #Day28 #30DWCjilid4

Jika Saja

Pada jika-jika yang menari di langir kamarku. Aku hanya bisa memandangnya. Tak sepatah kata pun dapat aku ucapkan. Namun, di dalam jiwa, hati tak henti bermonolog tentang dipertemukannya kita oleh Tuhan.


Jika saja,
Aku tak bertemu denganmu. Mungkin aku tak akan merasakan indahnya jatuh cinta(lagi).

Jika saja,
Aku tak membiarkanmu masuk kedalam hidupku. Mungkin aku tak akan tau perihal kehidupanmu. Yang mampu membuatku berdecak kagum.

Jika saja,
Aku tak mecintaimu terlalu dalam. Mungkin aku tak akan kesakitan. Tersebab, aku yang jatuh cinta sendirian.

Jika saja,
Aku tak mengenalmu. Mungkin aku tak akan seperti sekarang. Sekarang aku lebih giat untuk duduk dan bersembah sujud. Meminta dan menyebutkan namamu dihadapan Sang Pemilikmu.

Jika saja,
Aku dan kamu tidak dipertemukan Tuhan. Mungkin aku tak akan tahu. Perihal merelakan, melepaskan dan mengikhlaskan.

Aku bukan sedang berkeluh kesah. Aku hanya sedang berjika-jika. Tersebab hadirnya pertemuan namun tak berujung penyatuan.

Setelah jiwaku gaduh tersebab "berjika-jika". Aku sadar. Ternyata banyak pembelajaran yang bisa kita petik dari pertemuan kita. Ternyata Tuhan tak semata-mata mempertemukan kita. Tuhan memang selalu memberikan hikmah dibalik segala yang Dia ciptakan. Entah perihal perasaan hati atau perihal cobaan dikehidupan. Selama kita berpikir positif dan menerimanya.



#30DWC #Day27 #30DWCjilid4 #latepost

Kalian Apa kabar?

 Lama tak berpeluk mesra sambil berbagi cerita. Lama tak berbagi duka yang berujung tawa. Aku merindukan kita yang dulu. Rinduku kali ini milik kalian. Kalian; para sahabat terbaikku.

Kalian apa kabar?
Sudah berapa lama kita tak mencipta jumpa? Rasanya baru kemarin kita belajar bersama. Ketika masih mengenakan seragam putih-abu. Ternyata, kita sudah enam tahun meninggalkan masa itu.

Kalian apa kabar?
Aku yakin pasti kalian baik-baik saja. Bahkan jauh lebih baik dari masa-masa kita di enam tahun lalu. Kita yang kini telah memiliki kehidupan yang sesungguhnya. Kehidupan dengan dunia kita masing-masing. Kesibukan dalam berbagai hal. Entah bekerja atau mengurus rumah tangga.

Kalian apa kabar?
Rasanya ingin kupeluk satu persatu tubuh kalian, agar rindu ini terlepaskan. Aku rindu melihat lengkung senyum dibibir kalian dan juga cerita-cerita kalian di masa sekarang. Bagaimana kabarnya buah hati yang dititipkan Tuhan ? Semoga sehat selalu dan akan menjadi anak yang membanggakan orangtuanya kelak.
Ada banyak pertanyaan yang ingin aku tanyakan perihal keadaan kalian sekarang. Namun aku paham, dengan kehidupan masing-masing kita, aku hanya bisa memperhatikan dari kejauhan.

Sedih terkadang, hanya bisa melihat kalian dari balik layar ponsel saja. Bahkan, untuk sekedar menyapa atau bertukar kabar pun, terkadang aku lalaikan. Sahabatku, mungkin aku bukan yang terbaik untuk kalian. Sebab, aku tak pernah meluangkan waktu untuk sekedar bertanya keadaan kalian. Kuhaturkan maaf, yang sedalamnya untuk kalian. Bukan tak ingin menyapa dan melupa. Tersebab berbagai kesibukan yang mulai menyita waktu. Mungkin aku  seolah terlihat tak peduli pada kalian. Namun jangan salah kira, nama-nama kalian tetap ada dalam doa-doaku. Sampai kapanpun, aku akan tetap mendoakan yang terbaik untuk kita semua. Dan kalian akan tetap menjadi yang terbaik untukku.

Salam Rindu, untuk Sahabatku !


Bandung, 26 Desember 2016 | 21.37 WIB

#30DWC #Day26 #30DWCjilid4

Minggu, 26 Februari 2017

Kita, Cinta dan Lapang dada

Cinta selalu datang tiba-tiba dan tanpa aba-aba. Semenjak Tuhan menghadirkanmu dalam kehidupanku.  Hidupku tak lagi hampa. Kau membuatku kembali merasa, apa itu perasaan cinta. Dan disaat yang bersamaan kau juga mengajariku perihal lapang dada.

Januari lalu. Tuhan menganugerahkan sebuah perasaan aneh dalam hatiku; aku jatuh cinta. Kau yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Tetiba aku jatuh cinta padamu. Orang yang baru kukenal dalam waktu hitungan menit. Setelah perjumpaan itu aku merasakan hal yang aneh, mengapa pikirku terus tertuju padamu? Siapa kamu sebenarnya? Mengapa kurasa bahagaia setelah perjumpaan pertama itu? Mungkinkah aku jatuh cinta? Bisikan gundah hatiku sedang bermonolog.

Mungkin kau tak pernah tahu. Sebelum kau menyapaku lewat pesan itu. Hampir setiap hari aku menyebut namamu dalam doaku.  " Ya Rabb, jika ini benar cinta untuk dia berikanlah aku petunjukMu dan ijinkanlah aku menyampaikannya perihal perasaan ini pada dia" itulah pintaku pada Sang pemilikmu.

Hari berganti, kulihat namamu hadir dalam salah satu personal chat di ponselku. Bahagia rasanya. Terharu. Mungkinkah ini jawaban dari doa-doaku? Secepat ini? Mungkin saja. Sebab, bagi-Nya tidak ada yang tidak mungkin. Betapa beruntungnya aku. Begitu cepat Tuhan memberikan petunjukNya. Pikirku kala itu.

Seiring berjalannya waktu. Kedekatan kita semakin lekat. kau semakin pekat dalam ingatku. Perjumpaan tak terduga pun semakin sering kita lalui. Dan semakin tumbuh pula perasaan itu. Kukira aku benar-benar jatuh cinta padamu. Hingga, namamu tak pernah alpa dalam sela-sela doa yang kubisikan pada-Nya.

Lagi, dan lagi aku ucapkan"Alhamdulillah". Dalam hitungan hari, Tuhan memberikan lagi petunjuk-Nya. Kau mengatakan bahwa perasaan cinta itu telah hadir dihatimu; untukku. Kau tak meminta jawaban, pun perihal balasan. Sebab yang kau ungkapkan adalah pernyataan cintamu, bukan pertanyaan. Bagaimana, perasaanku senang tentunya. Mungkinkah dia pelabuhan cinta terakhirku? Sabar, kau tak boleh terburu-buru dalam mengambil keputusan. Bisikku dalam hati.

Bulan terus berganti. Dan kau masih tetap ada; menghuni hati. Hingga akhirnya, aku putuskan untuk mengatakan apa yang sebenarnya kurasa. Bahwa aku memiliki perasaan yang sama. Sama jatuh cinta sepertimu. Itulah pernyataanku yang tak perlu kau jawab. Kukira kau pun bahagia rasanya. Pengakuan adanya cinta bukanlah hal yang harus ditutupi atau disimpan hanya dalam hati. Jika tidak akan menimbulkan perdebatan, ungkapkan saja. Setelah pengakuan dua hati. Apa yang terjadi. Kita bersama? Menjalin kisah?  Jawabannya; tidak. Mengapa tidak bisa bersama? Sebab, ada hal yang membuat kita tak bisa bersama untuk saat ini.

Bagaimana rasanya ketika dua hati manusia memiliki perasaan yang sama namun mereka tak bisa bersanding bersama? Ketika rasa cinta bermekaran disaat yang bersamaan pula harus kita redam. Rasanya bahagia dikecup rasa kecewa.

Lalu bagaimana dengan pernyataan. "Cinta itu harus saling memiliki, jika benar adanya". Aku tidak sependapat dengan kalimat itu. Sebab, tidak semua yang kita inginkan dapat kita miliki. Termasuk perihal cinta. Bukan dalam artian tidak berusaha memperjuangkan cinta. Tapi cinta tidak bisa dipaksakan.

Meski hatiku kacau galau. Aku tetap berusaha menenangkan hatiku. Keadaan seperti ini benar-benar menggerakkan hatiku untuk lebih giat mendoakanmu dan mendoakan kita. Agar perasaan cinta yang membara di hati masing-masing segera berganti menjadi perasaan lapang dada, tersebab kita tak bisa bersama.

Kini, kita memutuskan untuk saling mendoakan. Kita berdoa dari ruang yang berbeda. Bersama atau tidak pada akhirnya. Kita tunggu saja jawaban dari-Nya. Jangan pernah letih untuk tetap memperjuangkan semasing kita lewat doa-doa dan berharaplah hanya pada-Nya.

Jatuh cinta padamu. Tak pernah kusesali sedikitpun. Sebab, perasaan itu adalah anugerah dari Sang Maha Pencipta. Dan aku yakin selalu ada hikmah setelahnya.
Mengenalmu mengajariku bagaimana cara mengendalikan cinta yang baik; cinta positif yang lebih mendekatkanku pada Sang Maha Segala-Nya.

#30DWC #Day25 #30DWCjilid4

Sabtu, 25 Februari 2017

Perihal Makna

Berkali-kali kupahami perihal makna dari sebuah kata. Ternyata sebuah kata dapat menciptakan ragam definisi yang berbeda jika dibaca dari beda kepala.

Ketika perihal rasa aku ungkap melalui rangkaian kata-kata. Aku merasa lega. Entah itu, rasa suka maupun duka. Mungkin tulisan itu tidak bermakna bagi mereka yang sedang tak merasa. Namun, bagiku tulisan itu tetap bermakna. Sebab, aku merasa, ada beban yang lepas tanpa dipaksa. Ada jiwa yang kemudian lapang ketika aku menuangkannya dalam sebuah cerita.

Jika berbicara perihal makna. Untuk saat ini dan beberapa hari yang lalu. Mungkin tulisanku hanya aku yang memahami maknanya. Atau mungkin ada dari kalian yang rela membaca lalu sedikit larut dalam tulisanku. Dan bertanya "apa makna dari tulisan ini yang sebenarnya?"
Tak perlu kujawab. Hanya aku dan Tuhan yang tahu makna yang sebenarnya. Tuhan menjadi saksi bisunya. Niatku menulis itu untuk apa dan untuk siapa.

Ketika aku tak bermakna dimata manusia. Hanya pada Tuhan dan pada aksara aku mampu menceritakanya. Perihal makna dalam sebuah tulisan. Aku biarkan tulisanku menjadi sebuah kenangan. Bahwa aku pernah mengalami gejolak keresahan. Yang akan aku baca dengan senyuman; suatu hari nanti.

Untuk saat ini, memang karyaku belum benar-benar bermakna(positif). Namun, Bukankah semua butuh proses? Inshaa allah. Akan aku lewati fase-fase itu. Hingga tulisanku menjadi benar-benar bermakna bukan hanya di satu kepala.


Mohon Doanya ...
Terima kasih

#30DWC #30DWCjilid4 #Day24


Kamis, 23 Februari 2017

AKU MENEMUKANMU

Padamu aku jatuh hati
Berkali-kali tanpa henti
Kau membuatku mencari
Makna dari tatapan penuh misteri

Ketika itu luka sedang singgah
Membekukan rasa dalam resah
Ingin aku berlari bersama amarah
Entahlah, aku hanya ingin enyah

Namun, kau menemukanku
Kau basuh resah dan amarahku
Kau sembuhkan setiap inci lukaku
Dan aku berkata; aku menemukanmu

Kau datang bagai penyihir
Kau melagukan kata dengan mahir
Suaramu mengandung magis
Meluluhkan hatiku yang tragis

Padamu, kutitipkan hatiku
Padaku, kau titipkan hatimu
Kita arungi roda kehidupan bersama
Hingga kita dipisahkan oleh Sang Maha Kuasa.



#30DWC #30DWCjilid4 #Day23



Rabu, 22 Februari 2017

Hadapi, pikirkan dan tindakan

          Awalnya saya ragu. Apakah saya bisa atau tidak dalam menyelsaikan challenge hari ini? Seharian saya berpikir dan mencari referensi buku. Namun tak satu kata pun dapat saya tuliskan dari hasil pencarian. Hingga beberapa saat saya terdiam. Dan terlintaslah dalam pikiran kata “Hadapi, pikirkan dan segera lakukan tindakan”.

Terkadang ketika kita dihadapkan dengan sebuah keadaan yang kita pikir menyulitkan. Kita hanya fokus memikirkan bagaimana cara menyelsaikannya. Bertanya mencari jawaban dengan cara searching atau meminta solusi kepada kerabat atau sahabat. Padahal kita hanya perlu meminta petunjukNya. Berdoa dan bersimpuh dihadapanNya.

Dalam kehidupan
kita tak bisa lepas dari yang namanya permasalahan. Bahkan apa yang sudah kita rencanakan pun terkadang tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Ketika masalah itu menghampiri, apa yang harus kita lakukan? Tentunya bukan menghindari. Pasti harus tetap kita hadapi. Begitupun dalam hal kepenulisan. Tidak jarang kita sebagai penulis mengalami Writing’s block. Kehabisan ide, atau Bingung apalagi yang akan kita tulis.

Seperti yang sudah saya sampaikan di paragraf pertama. "Hadapi, pikirkan dan segera lakukan tindakan". Saya terapkan hari ini.

Bagaimana mengahadapinya?
Kita hadapi dengan penuh keyakinan. Yakinkan diri kita bahwa kita bisa menyelsaikan setiap permasalahan yang sedang menghampiri kita. Misalnya; mood sedang tidak bagus, atau sibuk kerja, kegiatan sekolah dan lain-lain. Jangan mimpi ingin jadi seorang penulis, jika waktu untuk menulis saja tak pernah kau luangkan waktunya. Dan ingat, seberapa berat masalah yang sedang menerpa kita, pasti ada jalan keluarnya. Ingat Tuhan itu Maha SegalaNya. Tak mungkin Dia memberikan ujian tanpa sepaket dengan memberikan jawabannya. Hanya saja kita perlu sedikit usaha untuk mendapatkan jawaban itu. Hadapi dan Yakin.

Lalu, apa yang harus kita pikirkan?
Kita pikirkan, apa yang menjadi penyebabnya. Mengapa kita kehabisan ide, mengapa kita bingung? Coba perbanyak membaca agar mendapat banyak inspirasi,  atau perbanyak interaksi langsung dengan lingkungan sekitar, berbagi cerita tentang dikehidupan nyata dan dalam dunia nyata. Buatlah catatan pendek dalam secarik kertas atau dalam note di ponsel. Namun jangan terlalu lama berpikir, tapi kita juga harus segera melakukan tindakan.

Mengapa harus segera melakukan tindakan?
Sebab, jika kita terlalu banyak memikirkan tanpa melakukan tindakan tidak akan pernah menghasilkan apa-apa. Apa yang kita pikirkan akan terbuang sia-sia jika hanya disimpan dalam pikiran saja. Catatan pendek yang sudah kita buat sebelumnya, bisa kita kembangkan. Agar menjadi sebuah karya tulis/sebuah tulisan yang bermakna pastinya.

Mungkin kalimat "Hadapi, pikirkan dan segera lakukan tindakan". Bisa diterapkan dipermasalahan yang lainnya. Menurutku, "Masalah tidak akan selesai jika hanya dihadapi tanpa memikirkan jalan keluarnya, juga tidak akan selesai jika hanya dihadapi, memikirkan jalan keluar tapi tidak melakukan tindakan apa-apa".
Ketika mendapatkan challenge di hari ke 22, saya kebingungan. Namun saya tetap hadapi hari ke 22, lalu saya pikirkan apa yang harus saya tulis. Dan ternyata saya sadar, bukan hanya perlu di hadapi dan dan dipikirkan, tapi juga harus ada tindakan. Jika saya tidak segera bertindak(menuliskan apa yang ada dalam pikiran) mungkin tidak akan jadi tulisan ini.
"Hadapi, pikirkan dan segera lakukan tindakan"

(Terima kasih untuk challenge hari ini. Saya jadi punya slogan penyemangat baru)
KEEP ON FIRE


#30DWC #Day22 #30DWCjilid4

Selasa, 21 Februari 2017

Bicaralah dan sampaikanlah

       Sekilas kubaca matamu berbicara, ada rona bahagia yang sedang kau rasa. Saat kita saling melempar kata, kau seolah enggan mengakhirinya. Namun, ketika kuselami lebih dalam bola matamu, kulihat kau menyimpan sejuta ragu didalam sana; diruang hati. Yang penuh kehati-hatian.

     Demi mencari makna yang sebenarnya. Kutelusuri perkataanmu dalam-dalam. Perlahan kumaknai kata per kata. Sesekali kau tersirat bahagia, sesekali pula kau menyiratkan keraguan. Kau yang selalu membuatku terbawa hingga heningnya malam. Larut dalam kata-kata yang kau suguhkan dan kau yang juga memberiku banyak tanda tanya. Hingga aku kacau tak karuan.

       Bicaralah, jika benar rasa itu ada untukku. Dengan seksama, aku akan mendengarkannya. Akan kumaknai kata-kata yang kau bisikan tepat dihadapan mataku. Tak perlu kau merasa takut ataupun malu. Sebab, memiliki perasaan suka atau kagum adalah hal yang manusiawi. Dengan catatan tidak memaksa dan tetap saling menghargai. Sampaikanlah,agar semasing kita tahu apa yang sebenarnya sedang dirasakan hati.

       Sampaikanlah, jika benar ragu itu ada dan sedang menghampirimuu saat ini. Ceritakan padaku perihal keraguan yang mengganjal didalam dadamu itu. Barangkali aku bisa, membantu menyelsaikannya. Namun, seandainya aku tak bisa membantumu, kukira perasaanmu akan rasa lebih lega. Bicaralah, lalu ceritakan yang sebenarnya. jangan sampai menyimpan perihal rasa sendirian. Sebab, aku tahu bagaimana rasanya memendam dan menahan apa yang sedang kita rasakan; rasanya menyesakan. Meskipun akhirnya kau tak mendapat balasaan atau jawaban, setidaknya kelak tak akan ada penyesalan.

Jangan terlalu banyak memberiku harap, jika akhirnya kau memilih berlalu ditelan gelap. Bicaralah, sampaikanlah bagaimana perasaanmu sebenarnya.


#30DWC #Day21 #30DWCjilid4 #edisingantuk

Senin, 20 Februari 2017

Secangkir kopi dan sedikit tentangmu

       Germisi malam ini kunikmati dengan secangkir kopi dan sedikit tentangmu.

      Sesekali angin menyusup di celah-celah jendela dengan isyarat menerbangkan gorden kamarku, yang sengaja sedikit kubuka. Dinginnya memang menusuk hingga ke tulang-tulang, namun aku suka bau basah ketika hujan turun. Menyejukan hati rasanya.

       Perlahan kuhirup aroma latte yang sedari tadi menggodaku. Segarnya, gumamku.
Lalu kucicip dengan sendok mungilku.
Ketika lidah merasakan pahit yang tak mampu aku ucapkan.Pecah hingga ke kepala rasanya.
Tak lama aku tertegun menikmati bulir-bulir hujan yang berjatuhan.
Mulai larut dengan berandai-andai.
Andai saja kau ada di sini menemaniku. Akan kubuatkan kau secangkir kopi agar kita larut dalam berbagai cerita. Hingga pagi menyapa. Akan kuceritakan perihal rinduku, padamu. Yang sudah menggunung diujung kepalaku. Aku sadar mungkin rindu ini tak sepantasnya ada. Sebab aku bukan siapa-siapa; bagimu.

       Kau hampir membuatku gila. Pada pertemuan kita yang tak pernah kusangka, kau buatku jatuh cinta. Pada tatap pertama. Aku menyesap kopi-ku kembali, yang tinggal setengah gelas. Tanpa menghentikan lamunanku yang terus berandai-andai.
Andai saja kau tahu, semenjak hari itu.
Rasaku terus tertuju padamu. Mungkin aku tak akan menikmati kopi ini sendirian. Mungkin kau akan meluangkan waktu 'tuk sekedar duduk menemaniku, memperhatikan kegelisahanku karena pesonamu. Yang tanpa sadari kau suguhkan di depan mataku.

       Hujan semakin menderas, kuhabiskan sekali teguk sisa-sisa kopiku. Yang semakin pekat rasa pahitnya. Bersama itu pula kututup jendela kamarku dan juga berandai-andaiku, tentangmu. Lalu kutenggelamkan tubuhku dalam lelapku.


Selamat malam kamu, kau membuatku terjatuh tepat dihatimu.


Bandung, 20 Februari 2017 | 21.21 WIB

#30DWC #Day20 #30DWCjilid4

Minggu, 19 Februari 2017

Bersama Angin

Bersama semilir angin yang mengigilkan, kuterbangkan rasa yang sempat tertahan. Kuhamburkan ke udara berbagai macam perasaan agar luruh membaur bersama debu jalanan yang menari ditengah-tengah teriknya mentari.

Satu per satu aku terbangkan. Harap dan pintaku yang sempat kutujukan untukmu.
"Aku tak akan menantimu lagi, aku tak akan mengharapkanmu lagi, aku akan melepaskanmu sekarang. Bawalah ia pergi dari hatiku, jangan pernah kembali jika bukan Tuhan yang mengijinkannya. Pergilah, terbanglah bersama perasaan yang sempat kau tinggalkan dihatiku". bicaraku pada angin.

Seolah enggan pergi, angin itu tiba-tiba membeku menyerupai sosokmu dihadapan wajahku. Sebenarnya aku tak ingin melakukan semua ini. Namun aku harus segera bergegas pergi. Untuk membenahi diri dan hati. Sebab, jika aku terus meratapimu dalam sepi. Yang kudapat hanya ilusi. Sampai kapanpun kau tak akan pernah bisa kumiliki.

Terbanglah, kemana pun kau ingin. Namun jangan ingin kembali ke tempat ini. Sebab, aku tak ingin merasakan gigil yang sama.

Kini, bayangmu mulai samar kulihat, hingga tak lama kemudian bayangmu lenyap, ditelan angin. Ada sedih dan sesak kurasa dalam dada. Ada lega juga yang kurasa disaat yang bersamaan. Aku tak akan meralat keputusanku lagi.(tersenyumku)

Jadilah angin yang menyejukan, walaupun tak terlihat wujudnya. Tetaplah jadi angin yang paling menyegarkan pikiran, meski hanya mampu dirasakan.



#30DWC #Day19 #30DWCjilid4

Hadirmu (Hari itu)



      Disadari atau tidak hadirmu telah mengembalikan harap-harapku yang sempat aku enyahkan; perihal hati.
Semenjak waktu mempertemukan kita, aku kembali merasa. Adanya debar dalam dada.

      Malam ini aku ingatanku ingin menyapamu. Kamu yang kala itu menemaniku. Di akhir tahun dua ribu enam belas.

Masih ingat denganku?

        Aku yang hari itu duduk di sampingmu. Mendengarkan keluh kesahmu, di masalalu. Ceritamu membuatku haru. Hingga aku tak mampu berkata-kata, aku hanya mampu tersenyum semu. Ada seribu tanya didada yang sebenarnya ingin aku pertanyakan kala itu. Bukan tentang kisah di masalalu-mu. Tapi tentang rencana Tuhan, rencana Tuhan mempertemukan kita melalui pesona yang kau pancarkan. Caramu menyampaikan cerita tentang "kegilaanmu" dulu. Yang membuatmu menjadi seperti sekarang. Lelaki yang kupikir cukup hebat diusiamu saat ini. Mungkin aku terlihat sedikit berlebih, tapi itulah yang kurasa dan kulihat, aku tak mampu berdalih.

Selepas pertemuan itu, kau meninggalkan bekas yang tak mampu aku lupa hingga detik ini; malam ini. Entahlah, semua datang begitu saja. Rasa yang tak pernah ku-undang dan tak pernah aku rencanakan sebelumnya. Rasa suka dan kagum padamu yang sederhana.

Selepas pertemuan itu, aku mulai menunggumu. Ada resah yang menunggu kabar darimu. Ada sendu yang tumbuh tersebab rindu. Ada tanya yang membutuhkan jawab. Apakah yang kau rasa juga sama dengan yang kurasa? Ataukah hanya aku yang merasa? Entahlah, Kau memang selalu meninggalkan banyak tanya. Ketika aku denganmu ataupun ketika aku tanpamu.
Bahkan sampai saat ini. Kau masih meninggalkan jejak penuh tanda tanya.

Malam ini ingatanku hanya ingin menyapamu. Mungkin aku rindu. Rindu padamu, yang entah dimana kini.

Semoga kau masih ingat dengaku dan hari itu.

Salam Rindu, dariku untukmu.


Bandung, 18 Februari 2017 | 22.07 WIB
#30DWC #Day18 #30DWCjilid4


Jumat, 17 Februari 2017

Yang Sebenarnya

Melupakanmu atau melepaskanmu? Mungkin, terlihat seperti itu. Namun,  bukan perihal itu yang sebenarnya sedang aku lakukan. Aku hanya tak ingin melukaimu lebih jauh. Itu saja.

Bagaimana rasanya, ketika dua orang insan memiliki perasaan yang sama; sama-sama saling jatuh cinta. Namun, disaat yang bersamaan mereka harus meredam perasaan itu. Bahkan mungkin terlihat seperti saling melepaskan, kemudian melupakan.

Tidak menerimamu, bukan berarti aku tak memiliki perasaan untukmu. Di sini, aku pun sama. Merasakan apa yang sedang kau rasakan. Ada rasa bahagia dan nyaman yang kurasa saat duduk disampingmu ataupun hanya sekedar berbalas pesan denganmu. Ada rindu yang meronta dalam kalbu, ketika waktu tak mengijinkan kita tuk hadirkan temu. Tak pernah sedikitpun niatku 'tuk melupakanmu.

Aku memang sengaja tidak memberimu banyak harap. Sebab, aku tak ingin perasaan kita ini berujung harapan tanpa kepastian.Terjebak keinginan sekedar ingin saling memiliki. Aku ingin kita berujung pada cinta yang suci. Tanpa ada perasaan yang dipaksa ataupun tersakiti.

Jujur saja.Di pertemuan pertama kita, kau telah mengembalikan rasa percaya diriku yang pernah hilang dibawa terbang oleh dia yang entah dimana sekarang.

Percayalah, namamu tetap ada di dalam doa-doaku, dalam semogaku, dan dalam inginku.Tunggulah aku, akan kusambut kau suatu hari atas ijin sang waktu. Semoga perasaanku ini akan tetap ada untukmu dan tetap tumbuh untukkmu.
Perihal kamu kepadaku, kuserahkan padamu. Kau berhak memilih dengan siapa kau akan menjalani kehidupan yang sesungguhnya kelak. Mungkin denganku, mungkin bukan denganku. Keputusan ada ditanganmu; ketika kau mengangkat tangamu lalu menyisipkan sebuah nama dalam doa-doamu.

Beberapa hari yang lalu, aku duduk dengan seorang pria di tempat pertama kali kita bertemu. Kukira aku akan merasakan hal yang sama seperti saat kita pertama bertemu. Ternyata tidak, yang kudapat di sana, hanya bayangmu. Aku berharap yang duduk di depanku adalah kamu. Kamu yang kini selalu ada dalam doaku.

Aku tak mampu jika harus menyampaikan semua ini sembari menatapmu.
Mendengar namamu saja dadaku sudah bergetar hebat. Maka dari itu, aku titipkan perihal perasaanku melalui sebuah tulisan.

Sekian!
Selamat malam, Dariku untukkmu.
Bandung, 17 Ferbruari 2017  | 21.42 WIB


#30DWC  #Day17 #30DWCjilid4


Kamis, 16 Februari 2017

Gara-gara "Lagu Rindu"

Alunan lagu kerinduan mendayu-dayu di kamarku. Terdengar sendu irama yang diciptakan sang pecipta lagu. Seolah mengajak kita 'tuk sejenak kembali mengenang kenangan yang terukir di masalalu.

Tanpa aba-aba ingatanku, berlari menujumu. Kamu yang hari itu duduk bersamaku. Mengukir cerita, lewat canda dan tawa yang membuatku begitu candu. Ingin terus berada disampingmu rasanya. Menghabiskan setiap detik jam yang terus berputar.

"Apakabar kamu? Lama tak bertemu".
(Dialog hatiku dengan lamunanku)

Dua minggu telah berlalu. Sengaja tak aku hadirkan sapa, sengaja aku tak ciptakan temu dan sengaja kuberi jeda. Agar kau dan aku benar-benar rasa. Bahwa rindu itu benar adanya. Dan tertuju pada dia yang ada dalam hati kita.

Bagaimana kabarmu? Adakah rindu itu untukku?
(Dialog kedua hatiku dengan lamunanku)

Mendiamkanmu, bukan berarti aku tak rindu, bukan pula rasa itu telah hilang. Di sini aku merindukanmu. Merindukanmu lebih dari yang kau tahu.Namun, aku butuh waktu untuk mencerna perasaan apa yang sedang menerpaku. Aku hanya ingin lebih hati-hati untuk menentukan pilihan hati.

Mungkin sekilas, kau lihatku hanya terdiam dan melamun. Tidak, aku tidak seperti yang kau lihat dalam kasat matamu. Asal kau tahu didalam lamunanku selalu ada bayangmu melayang-layang, dan didalam diamku, aku tak henti berdoa. Tak pernah kulewatkan sekalipun 'tuk sisipkan namamu dalam doa dan pintaku.

Aahhh sudahlah.. kuhentikan lamunanku (kumatikan saja lagu itu)..


#30DWC #Day16 #30DWCjilid4



Rabu, 15 Februari 2017

Terjebak Keadaan



       Ketika aku mencoba melenyapkan segenap perasaan. Tuhan seolah memberi jalan. Mendekatkan kita lewat keadaan.
Keadaan yang membuatku semakin larut dalam ingin dan angan.

Sedikitpun, tak pernah terpikir untuk menciptakan sebuah pertemuan denganmu. Namun keadaan seolah menjebak kita untuk saling menyapa di ruang temu.

Ada rasa takut yang menghantuiku. Ketika waktu memanggilku untuk mencipta temu denganmu. Kau memang selalu menghadirkan candu setiap kali kita bertemu. Wajahmu, matamu, dan senyummu selalu berhasil menumbuhkan rindu-rindu yang menggebu dalam kalbuku. Dan itulah yang membuatku takut. Aku takut semakin terperangkap di sana; di dasar hatimu.

Lagi, dan lagi, keadaanlah yang   menjebakku. Keadaan selalu menununtunku menujumu. Menuju sebuah nama yang seharusnya aku lenyapkan. Namun kini malah semakin erat dalam ingatan. Setiap hari berkali-kali aku harus mengucapkan sebuah nama. Nama yang membuat hati sperti diiris pisau tipis ketika mengucapkannya.

Andai saja keadaan memberiku pilihan. Mungkin aku tak akan seperti ini. Dilanda gundah yang tak mampu aku sudahi.
Entah sampai kapan aku terjebak keadaan ini. Keadaan yang menyesesakan dada dan perih di ulu hati.


#30DWC #Day15 #30Dwcjilid4

Selasa, 14 Februari 2017

Kau yang kupinta PadaNya


Aku,
Hanya bisa mengharapkan
Hanya bisa mendoakan
Hanya bisa pasrah pada keadaan

Kau,
Yang tak akan tergantikan
Yang tak akan terlupakan
Yang selalu kunantikan

Namamu yang selalu ada
Dalam bait-bait doa
Yang selalu aku semogakan
Semoga kita berakhir dalam satu ikatan
Hingga maut memisahkan
Lalu kembali dipertemukan
Di syurga-Nya




#30Dwc #Day14 #30Dwcjilid4

Duduklah Bersamaku



Duduklah sejenak bersamaku. Kita ceritakan perihal perasaan masing-masing, sebelum kita kembali menjadi orang asing.

Untukmu..
Jika benar perasaan itu untukku, kemarilah. Ceritakan padaku yang sebenarnya, agar tak adalagi ragu yang merasuki jiwaku, agar tak adalagi gamang yang kerap menghampiriku.

Kemarilah...
Kita duduk berdua, di tempat yang sama. Saat pertama kali kita memulai cerita dan tumbuhnya rasa. Sembari menikmati segarnya udara pegunungan, angin yang mengayunkan dedaunan, menggertarkan debar dalam dada, mengisyaratkan ada hati yang sedang saling bertautan.

Jangan takut, akan kuceritakan juga perihal perasaanku. Perasaan yang sempat benar-benar membuatku kalut. Hanyut dalam kagum dan larut dalam harap.

Dengarlah...  
Apapun jawaban yang kita dapat. Jangan pernah menyesali perihal perasaan yang telah hadir. Tanpa kita sadar, perasaan itulah yang membuat "kita" ada. Meski meninggalkan resah, sebab "kita" tak mampu mecinpta kisah.




#30DWC #Day13 #30DWCjilid4

Hujan dan Rindu



Pagi ini rindu datang menyusup diantara gerimis yang perlahan menderas. Haruskah sepagi ini kau menghapiriku wahai rindu?
Hujan dan rindu memang selalu datang tak kenal waktu.

Selamat pagi kamu.. Waktu belum sampai pada pukul tujuh, dan tetiba aku sudah merindu, Sepagi ini? entahlah.
Pagi ini aku sarapan sepotong rindu dan secangkir kopi yang sedari tadi hanya kuaduk, seolah enggan menyeduh.

Pertemuan kita bukanlah semata kebetulan . Kita selalu dipertemukan sebab adanya rencana, dan keadaan yang mem aksa kita untuk ucap "iya bisa". Dan sayangnya itulah yang selalu berhasil membuatku hancur setelahnya.

Nalarku benar-benar tak bisa melupa. hatiku terus berlari menujumu.  Seharusnya, kita bersama dalam satu ikatan. Menebar kebahagian pada setiap insan. Tanpa diselimuti keraguan dan dibayang-bayangi kegelisahan.

Antara bertahan atau pergi meninggalkan. Entahlah, yang jelas disampingmu kurasa nyaman.

Kisah kita serupa musim hujan. Hujan yang selalu tiba tak kenal waktu dan selalu diluar dugaku.

Kuibaratkan tetesan gerimis berjatuhan adalah rinduku. Yang meninggalkan basah tak berkesudahan.

Sekali lagi, selamat pagi kamu. Aku rindu!


Bandung, 12 Februari 2017

#30DWC #Day12 #30DWCjilid4 #nulis #poems #poetry

Sabtu, 11 Februari 2017

Jika saja

Jika saja
kita bersama dalam satu ikatan
Mungkin rindu, tak akan terasa menyakitkan

Jika saja
Kita mampu melawan keadaan
Mungkin tak akan ada perasaan yang ditahan

Jika saja
Kita tak disuguhi pilihan
Mungkin kita tak akan saling melepaskan

Namun
Hidup adalah pilihan, dan
Kita hanya bisa saling mengabaikan
Mengikis perlahan perasaan
Menikmatinya sendirian

Diheningnya malam yang penuh keresahan
Kita hanya bisa saling mengharapkan
Lewat doa-doa yang kita bisikan
Perihal perasaan yang tertahan keadaan
Lalu, menyerahkan kepada Tuhan


#30DWC #Day11 #30DWCjilid4

Jumat, 10 Februari 2017

Entahlah

Hari ini aku benar-benar diuji perihal  kesabaran hati. Mungkin karena aku terlalu pandai menyembunyikan perihal kesedihan di depan mereka. Sehingga mereka tak pernah mengerti, bahwa aku juga memiliki banyak masalah yang harus aku selesaikan.
Mereka hanya ingin dimengerti dan difahami. Dengan memberiku banyak tuntutan. Tanpa pernah ingin mendengarkan apa yang sebenarnya sedang kurasakan. Tanpa pernah ingin tahu apa yang sedang aku mau.

Hariku terasa begitu sendu. Ingin rasanya kurebahkan segenap lelah dan pilu. Ingin kuceritakan perihal amarah yang sempat kutahan dan sedih yang sengaja kupendam; dari penglihatan.

Entah perasaan apa yang sedang menerpaku, aku tak bisa menjelaskannya dengan kata-kata. Aku hanya bisa menangis penuh isak hingga sesak. Ingin aku pergi menyepi, berteriak ditemani sunyi, melepaskan kekesalan yang tak mampu aku sampaikan.

Sayangnya, aku tak bisa, aku harus tetap menyelsaikan hal-hal yang sebenarnya tak aku inginkan. Entahlah, mungkin aku kelelahan, menghadapi berbagai persoalan dikehidupan yang penuh sandiwara dan perdebatan.

Sepuluh Februari, hanya hujan yang memahami dan mengerti. Tanpa perlu kuceritakan. Ia sedari pagi sudah menurunkan gerimisnya tak henti.
Mewakili aku yang ingin menangis karena sedang bersedih hati.


#30DWC #Day10 #DWCjilid4 #edisicurhat

Kamis, 09 Februari 2017

Untukmu Janu(ari)


    Menyapamu setiap waktu, adalah inginku.Ingin kuhabiskan waktu dua puluh empat jam dalam sehari, hanya denganmu.

"Ri...
Andai saja kau tahu, aku begitu tersiksa menahan rindu yang terus memburu. Rindu itu semakin deras kurasa, sedang kita semakin berjeda.
Andai saja kau tahu. Ketika aku mengingatmu, sesak di dadaku semakin tak terkendali. Waktu terus berdetak, aku tiba dilarut malam. Kalut dalam kerinduan. Tak terasa air mata menetes, basahi pipi. Sakit, sedih. Aku terisak nafasku terasa pedih. Hingga aku terlelap dalam kegelapan.

"Ri...
Dalam diamku, aku berperang melawan perasaan yang terus bermekaran. Dan ketika bayangmu semakin jelas terbayangkan, aku hanya bisa mendoakan. Berharap masih ada kesempatan, untuk menyatukan kita dalam sebuah ikatan. Aku tak pernah inginkan semua ini terjadi, melupakanmu dan meninggalkanmu adalah hal yang tak pikirkan sama sekali.
Asal kau tahu, aku bukanlah orang mudah jatuh cinta atau mencintai dalam waktu yang singkat. Hanya sekedar berkenalan dengan seorang lelaki pun, aku tak punya nyali. Entahlah, padamu aku jatuh berkali-kali dan kau begitu pekat dalam ingat.

     Tugasku kini, membiarkanmu pergi, meski hati tak mengingini. Merelakanmu hilang, meski sosokmu terus membayang. Namun, jika kelak kau merindukanku, tak usah ragu. Datanglah padaku.

Terima kasih untuk Janu(ari) yang kau beri. Aku di sini tetap menanti. Kita bersatu tanpa ada yang tersakiti.

#30DWC #Day9 #30DWCjilid4 #tjedih

Rabu, 08 Februari 2017

Masih ada Januari di Februari

         Diakhir Januari lalu, aku bertekad untuk melepaskan segala tentangmu dengan secangkir senyuman. Akan aku sambut Februari yang penuh misteri dengan wajah berseri.
Mari kita buka lagi memori.
       Januari sempat membuatku tak sadarkan diri. Seperti tertusuk belati, tepat dititik nadi. Rasa yang seharusnya diungkapkan, hanya bisa kupendam dalam hati. Kini kita mendiami ruang sunyi dan sepi. Kukira kita akan menari di atas awan, menebarkan senyuman penuh kebahagiaan. Ternyata itu hanya sebatas angan; dariku yang terlalu mengharapkan. Aku mulai menginjakan kakiku di Februari. Berjanji tak akan mengingatmu lagi. Bercampur rindu yang bergemuruh, kulalui hari. Hari mulai terasa hampa, mungkin karena tak ada lagi sapa darimu yang kudamba. Kuakui, semakin aku melupakan, semakin  sakit dada ini rasakan. Bayangmu kian meraja-rela, diruang hatiku yang sedang dilanda hujan kerinduan. Hujan kerinduan yang tak kunjung reda, meski kita telah berjeda. Rindu telah menjadi gumpalan kegelisahan, yang hanya bisa dilebur oleh pertemuan. Ingin aku menghampiri tidurmu, dan melebur rindu ini bersama; dalam mimpimu.
     Januari, lagi-lagi ia membayangiku di Februari. Ia hadir kembali mengisi setiap kali otakku berimajinasi. Namun tenanglah, kali ini aku tidak akan melupakan ataupun melepaskanmu lagi, akan kubiarkan kau menari-nari sesuka hati dalam ruang imajinasi. Kubiarkan kau hingga kau bosan dan meninggalkanku dalam damai kesunyian.


#30DWC #30DWCjilid4 #Day8

Selasa, 07 Februari 2017

Hanya Rindu


           Aku ibaratkan, rindu ini serupa burung dalam sangkar, yang tetap bersiul meski terperangkap batas. Rindu ini tak mampu kuretas. Aku hanya bisa mengalunkan lagu-lagu sendu dengan lirik rindu. Kulihat, kini kau telah bahagia, dengan dia yang memiliki segalanya. Dia yang selalu ada untukmu dan tak pernah mengabaikanmu. Tak seperti aku yang dulu. Aku yang tak pernah ada waktu untukmu, aku yang selalu mengabaikan segala bentuk perhatianmu, bahkan kasih sayang yang kau berikan kuanggap biasa saja. Memang, aku ini manusia egois tak berperasaan. Wajar saja jika kau memilih meninggalkan. Melepaskanku dan membiarkanku sendirian.

         Kau yang telah bahagia denganya. Ijinkan aku sejenak merindumu, sekali ini saja. Wajahmu yang selalu ceria, senyummu yang mempesona, perhatianmu yang tak kenal lelah, marahmu yang berujung tabah, dan harummu yang menenangkan suasana. Segala tentangmu, masih teringat jelas dalam ruang ingatan. Ingin aku terbang menujumu, dan kuceritakan bahwa aku telah disiksa oleh rindu. Rindu telah membawaku pada hal-hal yang telah lalu. Aku benar-benar tekurung rindu hingga tubuhku kaku. Akankah kita seperti dulu?
Bertemu tanpa sekat, ketika rindu menjerat. Sudahlah, pertanyaan ini tak sepantasnya ada. Sebab kau telah bahagia dengannya.
Asal kau tahu, meski rindu ini menikamku dan kian meronta, aku tak akan pernah mengganggu kabahagian telah kalian cipta. Aku tak akan pernah hadir di antara kau dan dia. Aku tak mau jadi orang ketiga.

Jangan cemas, aku akan segera berkemas. Ini hanya perihal rindu yang terperangkap ruang dan waktu. Rindu yang akan kusimpan dalam kalbu tanpa seorang pun yang tahu. Terima kasih, kau telah mengenalkanku arti kehadiran dengan kepergian.


Sedikit pesan dariku untukmu, semoga kau dan dia selalu ada dalam lindunganNya, semoga kalian abadi dan tetap saling membahagiakan, meksi sesekali dilanda badai permasalahan.


#30DWC #Day7 #30DWCjilid4

Senin, 06 Februari 2017

Rasa yang kujadikan "Sahabat"

Ada rasa yang tak bisa dijelaskan, ketika persahabatan diterpa badai perasaan. Kini aku sedang diterpa badai perasaan pada seseorang yang bernama"sahabat".
Tanpa kusadari mulai tumbuh benih-benih asmara, kebersamaan yang cukup lama menghadirkan perasaan yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Sejak kapan tepatnya aku pun tak tahu.
Aku yang selalu ada saat kau terluka, begitu pun kau. Kau tak pernah absen menemaniku kala aku diuji berbagai cobaan. Setiap kali kita berjumpa, kita seolah tak pernah kehabisan kata ketika kita berbagi cerita. Bersamamu kulewati suka maupun duka.
Kemarin kau bercerita perihal luka hati, sakitnya hati, ditinggal pergi oleh kekasih yang paling kau cintai. Kau bilang padaku, kau masih mencintainya dan ingin kembali padanya.
Dengan penuh iba, kau memohon padaku, agar aku membantu mencarikan kabar tentangnya. Kabar yang samar-samar dari dia yang meninggalkanmu tanpa kabar. Seketika, dadaku sesak, hatiku terasa diiris, ada sakit yang tak bisa diungkapkan. Mungkin aku cemburu?
Entahlah...
Selang hari berganti. Aku pun menemukan kontaknya dan memberikannya padamu.
Sayangnya, keputusan sudah tak dapat diubah kembali. Mungkin perpisahan ini adalah jalan terbaik dari Tuhan. Usahamu untuk mengajaknya balikan, sia-sia begitu saja. Ternyata ia sudah memiliki kekasih lagi.
Sedih rasanya melihatmu begitu pilu.
Andai saja kau tahu, aku menginginkanmu.
Tak akan pernah sekali pun aku buatmu sesedih itu.
Namun, sudahlah. Lebih baik aku bungkam, kupendam dalam-dalam. Lebih baik kuceritakan rasa ini lewat do'a-do'a malam. Tenanglah, persahabatan kita jauh lebih berharga ketimbang perasaanku ini. Biarlah, cukup hatiku dan Tuhan saja yang tahu. Selain bersahabat denganmu, aku akan mulai bersahabat dengan rasa yang terpendam ini.


#30DWC #Day6 #30DWCjilid4











Minggu, 05 Februari 2017

Angin Kerinduan

Angin, kali ini ia datang menerbangkan semilir kerinduan, aku yang sedang termangu dalam lamunan, hanyut dalam kegamangan.
Di sudut rumahku aku terduduk bisu. Tiba-tiba namamu melintas di halaman rumahku. Seketika aku teringat pada sosokmu.
Ternyata bukan hanya dedaunan yang mampu tergoyahkan angin, tetapi tubuhku juga. Aku semakin kalut mengingatmu, angin benar-benar merasuki tubuhku. Semilirnya, mengingatkan pada pertemuan keduaku denganmu. Kala itu, kita duduk berdua, menikmati semilir angin yang mengigilkan, sejuknya udara pengunungan,  tertawa tanpa kepura-puraan hingga cerita-cerita yang memilukan.
Entah mengapa, ketika dengamu, aku selalu lupa waktu. Deras hujan pun turun, butiran air bercampur angin semakin membuatku menggigil kedingingan.
Kala itu aku begitu menikmati, aku seolah enggan mengakhiri. Hujan dan ditemani kamu. Lengkap sudah hariku(pikirku).
Namun, kita kehabisan waktu, lagi dan lagi pertemuan harus ditengahi perpisahan. Awalnya kupikir ini hanya pertemuan dengan latar kebetulan. Ternyata bukan, ini bukan kebetulan, ini adalah sebuah jalan, menuju titik perasaan, hanya saja kala itu kita tak sadarkan. Pertemuan yang selalu direncanakan oleh keadaan.
Pada semilir angin yang telah menggigilkan tubuhku sore ini, yang telah meluluh-lantakkan seisi ruang ingatanku, sampaikan padanya, aku sedang diterpa angin kerinduan dan kuharap bukan hanya aku yang merasakan, kuharap kau pun sama.



Bandung, 05 Februari 2017

#30DWC #Day5 #30DWCjilid4



BIARLAH KUSIMPAN



Ada jutaan kata yang tinggal di muka bumi ini, namun tak ada satu kata pun yang mampu aku katakan, kau membuatku terdiam, ketika kita berdiri saling berhadapan. Dalam diam, riuh rindu yang tak tersampaikan, gaduh bersama harapan-harapan yang larut menjadi perasaan yang kian mendalam.
Malam pun menjadi saksi bisu, ketika aku tak mampu membendung perasaan dalam dada, kubisikan namamu di sela-sela do'aku hingga memecah heningnya malam,  berharap kau mendengarnya walau samar.
Andai saja kau melihat indahnya langit ketika malam itu, namamu bertaburan berbaur bersama bintang yang berkerlap-kerlip menerangi gelapnya malam.
Sesekali ingin kucoba menghapuskan, kala bayanganmu datang menghampiri, namun kau seolah enggan pergi. Kau terus saja berdiam diri menghuni ruang pikirku.
Dengarlah, aku memendam bukan berarti tak mampu mengungkapkan, aku hanya sadar diri saja, Siapa aku ini?
Dan perihal balasan, tenang saja aku tak pernah terlalu berharap balasan, mengagumimu dari jauh saja sudah menyenangkan.
Biarlah kusimpan saja perasaan ini, meski tak sempat tersampaikan, kau akan tetap menjadi kenangan yang tak terlupakan.
Untukmu, Tetaplah menjadi sosok yang mengagumkan.


04 Februari 2017
#30DWC #Day4


Jumat, 03 Februari 2017

PATAHAN HATI telah UTUH KEMBALI

Malam ini...
Bersama sepi, kunyanyikan nada-nada dihati, kupersembahkan untukmu yang sempat kumiliki.
Diiringi sunyi kumenari, berlari dan berputar kesana kemari. Mencari serpihan hati yang gagal bersemi.
Tak ada lelah yang menghampiri, aku terus menari bersama alunan sunyi, satu persatu aku kumpulkan patahan hati yang terberai, Di sebuah ruangan yang kunamai ruang "patahan hati".
Aku yang sedari tadi menari, kini aku duduk bertepi, sudah terkumpul semua patahan hati, kini aku sibuk menyusun satu persatu patahan hati agar menjadi utuh kembali.
Seketika aku terdiam, membuka kembali memori, aku menemukan janji yang kau ingkari ada disebuah patahan hati. Aku teringat, kau pernah berjanji akan membawaku pergi ke tempat yang paling aku sukai. Namun, Nyatanya kau pergi dengan dia, kau tega mengkhianatiku dengan temanku sendiri. Aku terisak saat itu juga, aku larut dalam emosi.
Hingga aku tak sadarkan diri, ternyata malam yang sunyi sepi telah berganti pagi, disela-sela jendela sang mentari telah menyambutku dengan sinarnya yang berseri-seri.
Aku pun semakin bergegas cepat, menyusun satu patahan hati lagi.
Akhirnya, hatiku telah nampak utuh kembali, meski dipenuhi luka di sana-sini. Aku harus tetap berdiri melewati hari-hari tanpamu lagi.
Biarlah waktu yang akan mengobati, perihal perih dan sakitnya hati. Kita syukuri dan nikmati fase-fase penyembuhan ini.
Tak perlu di sesali apa yang telah terjadi, kita hilangkan rasa dendam dihati, kita sambut hari baru tanpamu dengan senyuman, semangat dan penuh arti.


Bandung, 03 Februari 2017

#30DWC #Day3 #30DWCjilid4

Kamis, 02 Februari 2017

Sekotak kenang


Rindu, tiba-tiba rindu itu datang, menghanyutkanku dalam lamunan yang panjang. Tetiba wajahmu membayang diremang senja. Kau tersenyum dan aku pun membalas senyumanmu.
Tanpa sadar hatiku mengajak bayangan itu berbicara..
Tuan, bagaimana kabar hatimu?
Semoga hatimu baik-baik saja, semoga tidak seperti aku yang sedang dilanda kelu dan kesah.
Tuan, ijinkan rindu ini sesaat mengenang, mengenang kita sempat terjebak jarak, hingga akhirnya memutuskan berpisah penuh sesak.
Kita memang satu atap namun kita beda ruang, jarak yang membentang pernah kita lewati penuh juang. Kita pernah saling berpegangan berjalan satu tujuan.
Tapi itu dulu, sebelum kau berpaling dan menghilang.
Tuan....
Kini, kita hanya dua insan yang tinggal di "sekotak kenang", yang hanya bisa saling menyapa lewat bayang-bayang, hanya bisa saling mengenang ditemani kunang-kunang yang riang.
Tuan..
Tak usah kau datang(lagi) pergilah dengan tenang, tak usah hiraukan hatiku, nikmati saja sesalmu itu. Sebab hatiku, sudah tak inginkan lagi hadirmu.
Selamat tinggal tuan, kusimpan kau di "sekotak kenang".

Bandung, 02 Februari 2017 | 18:25

#30DWC #Day2 #30DWCjilid4




Rabu, 01 Februari 2017

Aku, kamu dan keadaan


Kuawali bulan Februari dengan menuliskan tentangmu dan tentang kita yang berujung pilu.
Masih ingatkah saat pertama kita bertemu? Suasana kala itu begitu syahdu, serupa paket lengkap makan siang di sebuah rumah makan. Senyumanmu, tatapanmu dan perkataanmu yang teduh, kau suguhkan lengkap untukku saat pertama kali kita bertemu, kau buatku tersipu. Tanpa ragu, tanpa pernah kupinta, saat itu juga. Rasa dalam dada langsung tumbuh dengan sendirinya. Secepat itu? Entahlah aku tak mengerti. Kau, orang yang pertama kali kutemui di ruang tamu. mengapa secepat itu aku jatuh hati padamu?.
Selepas pertemuan itu, kulalui hariku dengan penuh tanya, menerka apa yang sebenarnya kurasa. Hingga tiba masa, kau menyapa lewat sebuah pesan singkat, seakan tak percaya, sampai berulang kali mataku membacanya. Mungkin ini adalah jawaban, atas apa yang selama ini kusemogakan.
Malam-malam penuh tawa dan canda kita lalui lewat sapaan pesan singkat. Hari demi hari tanpa kau sadari kau telah membuatku benar-benar larut dalam angan. Seiring rutinnya pertemuan dan komunikasi, kau semakin membuatku merasa, bahwa perasaanku ini benar adanya. Kau telah menghuni hatiku, bayangmu terus melintas dipikirku. Tuhaan.. secepat inikah aku terjatuh? Setalah berbagai macam pengakuan, kukira hanya aku yang memiliki perasaan lebih, ternyata kau pun memiliki perasaan yang sama. Kita sama-sama saling mengangumi dalam diam. Bagaimana rasanya ketika perasaan kita terbalaskan? Senang bukan? Tentu saja, bahagia kurasa saat itu. Namun sayangnya bahagia kita harus bercampur keraguan. Kita terjebak keadaan dan aku tak ingin menyakiti banyak perasaan. Di waktu yang bersamaan, kita harus meredam perasaan yang sedang tumbuh bermekaran. Mengapa? Karena kita sadar keadaan.
Aku tidak pernah sedikitpun menyalahkan keadaan. Mungkin ini memang takdir Tuhan. Tuhan mempertemukan kita bukan untuk bersatu dalam sebuah ikatan, tetapi untuk saling menguatkan, ketika pertemuan diakhiri sebuah perpisahan.
Asal kau tahu, aku tak pernah inginkan akhir yang seperti ini, aku tersiksa ketika harus berpura-pura tak memiliki rasa di depan mereka, terutama di depanmu.
Hatiku terasa begitu perih, ketika harus menatapmu dengan wajah ceria sedang yang sebenarnya hatiku terluka.
Di saat aku ingin menjauh, keadaan seolah tak mendukung, ia memaksa kita untuk tetap saling bertatap dan bertegur sapa.
Memang luka yang tak nampak hakikatnya lebih perih dan mengiris hati.
Aku tahu ada yang beda darimu kini, kau seolah menjauh dan acuh. Entah pura-pura tak perduli atau memang benar kau sudah tak perduli(lagi). Baiklah, jika itu inginmu, akan kunikmati luka ini sendiri.


#30DWC #Day1 #30DWCjilid4