Sabtu, 10 Juni 2017

TENTANG KEHADIRANMU









Kukira aku bisa mewakilkan perasaan yang sedang kurasa melalui kata-kata, ternyata tidak. Berkali-kali aku mencoba merangkai deretan aksara, ternyata aku masih belum bisa menemukan kata yang tepat  untuk mewakilinya. Kau selalu membuatku kehabisan kata yang kemudian menjadikan aku terdiam.

Aku tak berharap banyak perihal mendapat balasan atas perasaan sedang kurasakan. Aku sudah mempersiakan diri, untuk penolakan yang akan kau suguhkan. Tak usah sungkan, pun merasa tak nyaman. Aku hanya ingin menyampaikan perihal perasaan yang kian tumbuh ini padamu.
Kau yang sebelumnya tak pernah melintas sama sekali dalam ruang pikiran, kau yang tak pernah ada dalam daftar tujuan. Kini selepas peremuan kala itu, namamu tak pernah alpa dalam barisan semogaku. Entahlah, kau begitu cepat membuatku kembali mempercayai adanya sebuah harapan setelah kehilangan.

Tuhan memang selalu punya cara untuk menciptakan suatu pertemuan. Hanya saja kadang aku tak menyangka, kau adalah perantara yang  ditakdirkan Tuhan untuk menjadi sebagai sang penyembuh luka. Hadirmu seperti “kunci pembuka” untuk menuju pintu hati yang baru, menuju hari yang baru, menuju cerita yang baru dan lebih baik dari yang dahulu. Tanpa kau sadari, kau adalah harapan yang baru (bagiku).

Aku tahu, apa yang sedang terjadi pada diriku saat ini. Ketika rasaku terus berlarian menujumu, tak banyak yang bisa kulakukan. Aku hanya bisa terdiam menyaksikamu dari kejauhan. Aku hanya bisa meredam perasaan yang kadang tak bisa aku kendalikan. Aku, hanya mampu mendoakan yang terbaik untukmu, dan untukku. Memohon pada Sang Maha SegalaNya agar dilapangkan hati, jika pada akhirnya apa yang aku harapkan tak bisa aku dapatkan. Aku tahu, apapun yang Tuhan ciptakan ke dalam muka bumi ini pastilah ada manfaatnya. Begitupun dengan pertemuan kita hingga tumbuhnya perasaan yang Tuhan Anugerahkan kepadaku---untukmu. Tentu ada tujuannya.


Namun untuk saat ini, kita belum menyadari. Apa maksud dari semua kejadian yang kita alami. Tetapi cepat atau lambat kita akan tahu, apa makna dari terciptanya pertemuan hingga lahirnya sebuah perasaan. Dan apapun yang terjadi pada suatu hari di masa depan perihal “kita” . Semoga saja setiap kejadian yang kita alami membawa kita menuju tempat yang lebih baik.



Bandung, 10 Juni 2017 || Selepas subuh


Noted: Bukan sulap bukan sihir, ini bukan curhat jadi jangan nyinyir, aku persembahkan untuk mereka para secret admirer. Selamat Menikmati. Terima kasih sudah membacanya

Minggu, 04 Juni 2017

SEJAK HARI ITU

Sejak hari itu
Aku mau kamu
Setelah hari itu
Aku memikirkanmu
Seminggu setelah hari itu
Aku merindukanmu
Duaminggu setelah hari itu
Aku mencarimu
Sebulan setelah hari itu
Aku menunggumu
----
Kini, entah bulan keberapa setelah hari itu
Aku masih mau kamu, masih memikirkanmu, masih merindukanmu,
masih mencarimu dan masih menunggumu
----
Masih kamu yang jadi pemilik hatiku sampai detik ini


----

Bandung, 04 Juni 2017 ||  20 : 10 WIB



Noted : Untuk laki-laki sipemikat hati 

MEMENDAM RASA SENDIRIAN (part II)




Diam-diam aku mencarimu. Dan Tuhan menunjukan jalannya, untukku—menujumu. Ada banyak keunikan yang aku temui dari petunjukNya, hingga terkadang membuatku tersenyum sendirian. Diam-diam aku memandangimu dari balik layar kaca ponselku. “Mengapa kau membuatku tersiksa seperti ini? Mengapa kau terus saja hadir dalam ruang ingatku? Mengapa aku terus mencari tahu tentangmu? Mengapa aku menunggumu? Mengapa kau hadir ke dalam kehidupanku? Siapa kau sebenarnya?” Hati dan otakku, sesak dipenuhi tanda tanya yang tertuju padamu.

Ada rasa yang paling aku tak mengerti dari semua ketidakbiasaan ini yaitu, aku merindukanmu. Ya, begitulah adanya dan nyatanya. Ada riuh dalam dada yang sering kali kurasa, ketika namamu tak kunjung tiba di “suatu notifikasi”. Ada debar yang hanya aku tahu bagaimana rasanya. Debar yang membuat tanganku bergetar seketika. Debar yang membuat seluruh tubuhku terdiam seketika, ketika sosokmu hadir dihadapan mata—dibalik layar kaca.

Hari berlalu begitu cepat, sedang kau terus saja ada membuat hatiku semakin tertambat. Ingin rasanya saling melempar tanya denganmu, berbagi cerita mengenai hari yang berlalu begitu cepat. Berbagi cerita mengenai hal apa saja yang telah kita lakukan di kesibukan masing-maisng. Ingin sekali rasanya menyapamu, di pagi dan malam hari. Namun apa daya, aku hanya bisa memendamnya.Ya, Memendam sendirian.

Bicara tentang memendam perasaan. Bagaimana rasanya memendam rasa sendirian? Tentu beraneka ragam rasanya. Kayak permen ya? Haha. Kadang, ada bahagia yang tak mampu diungkap kata, ketika tiba-tiba kau ada, menjelma melalui sebuah notifikasi. Ada gundah yang tak bisa aku enyahkan ketika namamu tak jua ada, di notifikasi itu. Sungguh, aku mulai berlebih mengartikan perasaan yang kian tumbuh ini.

Dan. Ketika mereka berkata, mengapa tak diungkapkan saja padanya? Bukankah, setiap orang memiliki hak untuk suka pada siapa saja? Ya, memang kita bebas menyukai siapa saja ataupun apa saja. Namun, tetap ada batasannya. Kita bisa menyukai siapa saja lalu mengungkapkannya, selama tidak melanggar aturan dan memperkeruh keadaan. Menjelaskan perihal perasaan bukanlah hal yang mudah. Sebab, perasaan itu adalah Anugerah yang harus kita maknai kehadirannya dengan hati-hati. Pun aku yang terus memaknai kehadiranmu, hingga detik ini. Sehingga aku masih enggan mengungkapnya.


Begitulah...

Perasaan memang tak bisa diatur, tapi setauku perasaan bisa diredam. Ketika perasaan tengah bermekaran, kita harus bisa menjaganya agar tetap mekar dan tumbuh sebagaimana mestinya. Dan hanya dengan doa perasaan itu akan tumbuh sebagaimana mestinya. Doa akan membawa perasaan itu kepada sang pemilik hati yang sebenarnya. Dan mendoakanmu adalah mampuku, saat ini. Hanya itu yang bisa kulakukan untukmu.


Jika pada akhirnya kau mengetahui apa yang pernah kurasa padamu. Mungkin kau akan bersikap biasa saja. Sebab kau tak mengalaminya. Mungkin juga akan kebingunan menghadapinya. Tapi tenang saja, aku sudah paham. Tidak semua perasaan akan mendapat balasan, begitu bukan? Dan aku tidak berharap banyak darimu perihal itu. kehadiranmu ke dalam hidupku saja, sudah lebih dari cukup. Kau telah mendekatkan diriku PadaNya, Sang PemilikMu. Semenjak pertemuan itu, selain aku terus memikirkanmu, aku juga terus mendoakanmu. Menyebutmu dalam deretan semogaku. Tak apa-apa ya? Aku tak perlu meminta ijin padamu ‘kan?  Aku anggap saja kamu menjawab “ya”.


Biarkan aku menjadi pemerhatimu diam-diam. Orang yang mendoakanmu diam-diam. Dan menuliskan segala rasaku yang tertuju padamu. cukuplah yang Maha SegalaNya, yang tahu perihal rasa ini. semoga doaku segera sampai di ruang hatimu.


_Selesai_




Noted : entah nyambung atau engga, #yangpentingnulis #nulisaja #tulisajadulu
Semoga kamu membacanya, iya KAMU !!!


Sabtu, 03 Juni 2017

MEMENDAM RASA SENDIRIAN (part I)




Kukira, ketika bibirku tak mampu mengutarakan apa yang tengah kurasakan, aku bisa mengungkapkannya melalui dereta aksara yang kususun sedemikian rupa agar kau mengetahuinya. Tenyata tidak. Semua kata tertahan diujung bibirku. Aku hanya terdiam. Mulutku seketika membeku. Ingin rasanya aku mengungkapkan perihal rasa yang terus menghatui hari-hariku. Namun, semua itu adalah suatu ketidakmungkinan. Aku tak punya cukup keberanian untuk melakukannya. Aku hanya bisa menjadi pemerhatimu dalam diam.

Aku, kau, dan mungkin mereka, tentu mengetahuinya. Bahwa perihal perasaan memang tak bisa dipaksakan juga tak pernah direncanakan kehadirannya. Dengan sendirinya perasaan itu ada, lalu berlari menuju sosok yang tak pernah kita pikirkan sebelumnya. Dan itulah yang aku rasakan saat ini, perasaanku terus saja berlari---menujumu. 

Sejak hari itu---hari pertama kita bertemu, kemudian kita berlalu begitu saja, tanpa bertukar nama ataupun sekedar saling sapa, percayalah, setelah pertemuan itu, aku selalu memikirkanmu. Entahlah. Aku tidak mengetahuinya apa maksud dari semua ini. Semesta seolah menghadirkan sosokmu ke dalam kehidupanku, tanpa permisi.

Lalu. Bagaimana harimu setelah pertemuan kita kala itu? Tentu harimu masih sama seperti biasa. Kau takmungkin seperti aku. Aku yang sedikit berlebih, mengartikan kehadiranmu. Entahlah, semenjak pertemuan hari itu, kau seperti mengubah hariku yang abu-abu menjadi biru. Kini langit-langit di ruang hatku tak lagi mendung, ia telah berubah menjadi lebih cerah dengan biru(nya) yang seolah memberi semangat baru.

Tanpa kau sadari, aku sering menunggumu. Menunggu namamu tiba dinotifikasi layar ponselku, meski notifikasi yang sebenarnya tidak begitu penting. Dan sejujurnya ada banyak hal yang ingin aku ketahui tentangmu. Namun , lagi-lagi seluruh tubuhku membeku-membisu, ketika aku hendak memulainya. Seolah ada yang menghalangi langkahku, meski hatiku terus memanggilmu.





---------------------------------------------CONTINUE-----------------------------------------------





*malam sabtu--gakbisa tidur, maka terbitlah tulisan ini* 
03 Juni 2017, 01-30 WIB 


Terima kasih sudah membaca :)