Aku persembahkan ini untukmu
Tak lengkap rasanya jika aku tak memberikan kenang-kenangan
untukmu. Baiklah, aku persembahkan ini untukmu. Sedikit cerita tentangmu,
tentang kita, tentang aku dan tentunya tentang keadaan.
Kamu adalah hadiah dari semesta, hadiah yang akan selalu
terkenang sepanjang masa.
Berawal dari kedatanganmu yang tiba-tiba; setahun lalu kamu
datang membawa cerita duka. Kamu dan aku tak lebih dari sekedar teman biasa. Tidak
pernah ada komunikasi sebelumnya, sebab setahuku kau akan segera menggelar hari
bahagia dengan seseorang. Kisah kamu dan aku berawal dari sebuah pertanyaan; malam
itu, tiba-tiba kamu mengajukan pertanyaan yang membuatku kaget bukan kepalang.
Kamu bercerita tentang ini dan itu, dan juga tentang dia. “lho Bagaimana bisa,
bukankah tinggal selangkah lagi? “ Aku langsung membayangkan jika berada
diposisimu. Sungguh, aku saja yang mendengarnya sakit; pedih, dadaku sesak.
Sejak malam itu, aku mulai memikirkanmu. Kepalaku mulai
dipenuhi dengan tanya; mengapa aku? kenapa kamu harus datang kepadaku? Sejak
malam itu, kami menjadi sering berkomunikasi. Sekadar basa-basi bertanya kabar.
Tak terasa bulan berganti begitu cepat. Kamu dan aku,
semakin dekat. Segala tentangmu, semakin pekat dalam ingat.Terlebih saat itu
kita mulai bicara tentang rasa yang mulai tumbuh dalam dada. Rasa nyaman tak
bisa lagi aku pungkiri. Harapanku untuk menghabiskan sisa hidup denganmu mulai
merajalela dalam kepala. Aku tak mengerti apa yang sedang terjadi pada diriku. Aku
gila, karenamu. Jangan tanya tentang rindu, setiap menit aku ingin menatapmu #cielah lebay wkwk
Semakin hari, ragu dan yakin selalu berbanding seimbang. Satu
sisi aku yakin dengan perasaanku, sisi lain aku ragu atas kebenaran perasaanmu
untukku. Mungkin bagi beberapa orang akan beranggapan aku menyukaimu karena
kamu seorang yang ‘dititipkan rezeki lebih’ dari-Nya. Tidak, aku tidak sepicik
itu. Selama ‘masa’ kedekatan denganmu, aku merasa kamu pria baik(klasik, tapi
nyatanya demikian), dan yang paling membuatku yakin; kamu berpontensi untuk
berubah menjadi pria yang jauh lebih baik, kamu hanya butuh diingatkan dan
diarahkan.
Sepanjang perjalanan kisah hidupku #cielah, selama duapuluh
lima tahun; denganmu adalah salah satu yang paling berkesan, yang akan selalu
terkenang, selamanya. Why? Aku pernah memiliki rasa pada seseorang dengan
begitu hebat, dulu. Empat tahun lalu. Sejak empat tahun lalu, aku tidak pernah
merasakan debaran ‘rasa’ itu lagi. Dan saat semesta mempertemukanku denganmu, aku
kembali merasakannya. Saat itu kamu dan aku sepakat untuk menyembunyikannya
kedekatan kita dari banyak pasang mata dan telinga, menyebalkan memang. Tak banyak
yang bisa aku lakukan, eh melakukan apa? kan cuma dekat, belum terikat. hehe,
sudahlah.
Sekali lagi aku katakan, denganmu adalah yang paling
berkesan. Selama kedekatan kamu dan aku berlangsung, aku selalu melibatkan
Tuhan. Kamu ingat? aku pernah bercerita tentang kejadian ‘pertemuan kita’ sebuah keajaiban semesta. Aku merinding jika
mengingatnya, Tuhan tak henti menunjukan Kuasanya. Masyaa Allah… dan dengan
keajaiban itu pula yang membuatku untuk terus mengupayakanmu, dalam doa—secara diam
diam tanpa sepengetahuanmu. hehe
*tarik nafas duluuu….
geraaahhhh nulisnya wkwkwk
okeee.. siap?
Mari lanjutkan….
Waktu benar-benar cepat berlalu, hampir satu tahun; kamu dan
aku dekat—tanpa ikatan yang jelas. Kamu tentu tahu, satu tahun bukan waktu yang
sebentar, sedangkan tujuan dari kedekatan kita semakin hari semakin samar kudengar.
Datang – lalu pergi, hilang berminggu tanpa kabar. Aku memang tak berhak untuk
selalu menerima kabarmu, siapa aku? hm. Aku Kamu, sudah sama-sama dewasa. Sudah
tahu mana yang salah dan benar.Perihal memberi kabar bukan lagi perioritas
utama, terlebih jika kita saling memperioritaskan, tanpa perlu meminta; kita
akan saling memberi kabar. Aku mengerti, ada banyak hal yang harus kamu urus,
yang lebih penting tentunya. Begitupun aku. oke, skip. Hanya saja, selama satu
tahun ini yang menjadi tanda tanya terbesarku adalah; mau dibawa kearah mana
kedekatan kita ini? (auto nyanyi lagu armada - mau dibawa kemana)
Kamu terlihat biasa saja, santai dan tanpa beban. Ngapain
juga diambil pusing, mungkin pikirmu begitu. Sedangkan aku? Aku hanyalah wanita perasa, segala
sesuatu yang hadir dalam kehidupanku pasti aku pikirkan, terkadang secara berlebihan. Begitupun tentangmu; keraguan semakin hari, semakin menuntunku untuk
berjalan mundur. Aku diambang keraguan. Namun ketika aku mengambil langkah
mundur, selalu ada jalan untuk kembali. Selalu ada jalan untuk kita dekat lagi,
lagi dan lagi.
Sampai pada akhirnya, suatu hari di bulan September, keadaan
semakin menyudutkanku pada keraguan. Aku menyerah pada keadaan, aku tak sekuat
kamu. Aku butuh kepastian, dan kamu tak juga memberinya.Aku tak bisa jika harus
tetap berjalan tanpa tujuan yang jelas. Aku Paham betul, bagaimana perasaanmu,
kamu sama sepertiku; diambang ragu. Kamu pun menyerah pada keadaan, bukan?
Membiarkan aku melangkah pergi.
Aku selalu berharap, suatu hari kita hidup bersama—saling memperbaiki,
saling mengasihi, saling menyemangati, dan tetap berdampingan dalam berbagai
keadaan. Harapanku memang berlebihan, iya, memang. Kamu tahu ‘kan? aku seorang
penulis amatir, suatu hari di bulan juli, aku pernah menulis tentang pintaku
yang aku tujukan untuk Ibumu. Air mataku tak terasa mengalir deras ketika
menulisnya, membayangkan, betapa terharunya aku, jika tulisanku sampai pada
kedua telinga Ibumu. Jika kamu mau, dengan senang hati aku akan menunjukannya
padamu.
Aku memilih mundur bukan berarti rasaku padamu sudah tak
lagi ada. Bukan keadaan seperti ini, yang sebenarnya aku inginkan. Inginku; kamu
dan aku tetap bersama, berjalan berdampingan. Aku ingin memperjuangkanmu, aku
ingin bertahan menemanimu disegala keadaan, namun rasanya sia-sia jika hanya
aku yang menginginkannya, sedang kamu tidak.
Terima kasih untuk segalanya. Segala cerita, canda tawa juga
duka lara. Biarlah untuk saat ini begini saja. Kita berjarak. Kita berjeda. Pada
akhirnya seperti apa, hanya Tuhan yang Mengetahuinya. Dengan siapapun pada
akhirnya kamu dan aku hidup di masa depan, yakinlah bahwa ia adalah ketetapan terbaik
dari-Nya.
Sebenarnya ada banyak hal yang ingin aku ceritakan, satu
tahun tentu bukan waktu yang singkat. Tapi cukup, cukup aku saja yang menyimpan
ceritanya dalam ingatan.
Berdamai dengan kenyataan dan
keadaan butuh usaha, butuh proses yang panjang. Perihal merelakan dan melepaskan
juga bukanlah perkara mudah, aku akui. Aku pun cukup kesulitan untuk
melakukannya, terlebih saat semesta terus menerus menguji, kehadiranmu yang
sampai saat ini masih tak bisa aku hindari.
Semoga apa yang dinanti segera
menghampiri. Semoga apa yang dibutuhkan dapat terpenuhi. Semoga kamu bahagia
selalu, semoga Allah selalu melindungimu, dimanapun dan kapanpun. Kelak, jika
di masa depan bukan aku yang mendampingimu, jangan lupa bagikan cerita
bahagiamu padaku.
Sekian dulu, ceritanya. Kalau
kebanyakan aku jadi rindu. haha
Terima kasih sudah membaca sampai akhir.
Mohon maaf postingan kali ini random sekali, tulisan ini aku dedikasikan untuk seseorang disana yang lagi duduk manja wkwk
Semoga 'kamu' membacanya :)