Minggu, 09 April 2017

INI TENTANG(A)KU

Andai saja aku bisa mengendalikan keadaan. Aku akan memilih pergi meninggalkan; ketika keadaan memaksa kita untuk saling bertatapan. Sayangnya  aku hanya manusia biasa. Aku tak bisa lari dari kenyataan. Aku harus tetap mengemban tugas yang tengah dipercayakan pada diriku.

Kita ada tersebab pertemuan yang direncanakan Tuhan melalui tangan-tangan manusia. Bukan semata-mata kebetulan. Sadar atau tidak, kurasa pertemuan kita adalah petunjuk dari Tuhan. Untuk menentukan pilihan dengan cara menganugerahkan perasaan.

Aku tahu, Tuhan menganugerahkan perasaan yang sama pada diri kita masing-masing bukan tak ada alasanya. Perasaan itu ada untuk kita maknai dan kita resapi kebenaran rasanya. Sayangnya kita lengah dan mudah goyah. Ketika cobaan menyapa, kita tak cukup kuat menjaga perasaan yang Tuhan titipkan. Namun tak apa. Semua sudah terlanjur terjadi.

Hidup itu pilihan. Dan kau berhak tak memilih aku. Meski aku sempat memilihmu menjadi pilihanku. Meski aku harus berperang melawan keadaan. Untuk tetap memperjuangkan siapapun yang telah menghuni ruang perasaanku; yaitu kau.
Kau yang tak pernah terbayangkan sama sekali. Tetiba datang mencuri hati. Hati yang selama ini kujaga dengan hati-hati,
Agar tak hancur kembali.

Aku sadar. Aku salah. Terlalu banyak menaruh harap padamu. Berlebih menyimpan perasaan untukmu. Hingga tak menyiapkan diri untuk perihal ketidakmungkinan yang bisa saja terjadi kapanpun. Perihal perpisahan misalnya.

Dan apa yang tak aku persiapkan benar terjadi. Ternyata waktu membawamu pergi begitu cepat. Aku tahu konsekuensi dari pertemuan adalah perpisahan. Dan kini kita tengah mengalami fase itu. Fase perpisahan. Namun, bukan perpisahan seperti ini yang aku inginkan. Seolah berpisah dalam keadaan tak baik-baik saja.

Bukan, ini bukan tentang kamu. Ini tentang aku dan diriku. Aku yang tak merasa baik-baik saja tersebab resah yang sedang singgah. Aku semestinya tak merasa kehilangan, bahkan seharusnya aku tak merasa kecewa. Bukankah kita tak ada ikatan? Bukankah kita hanya sebatas teman?? Lantas mengapa, ketika mendengar namamu, kini terasa menyedihkan? Entahlah, aku tidak tahu.

Mungkin kau bertanya-tanya mengapa kunamai status kita telah berpisah. Sedang kita hanya sebatas teman, sedangkan raga kita masih biasa saja, bahkan masih bisa mencipta temu kapan saja. Jawabannya, meskipun tak pernah ada ikatan, kita pernah sama-sama menyimpan harap pada diri masing-masing. Aku pernah memilihmu menjadi pilihanku, dan yang aku tau kaupun begitu; memilihku sebagai pilihanmu. Namun itu dulu sebelum keadaan merubah segalanya. Mungkin kau ragu, lalu kau coba membandingan perihal perasaan. Hingga akhirnya bukanlah aku yang menjadi pilihan.

Kini, aku hanya bisa mendoakan. Untuk diriku dan juga dirimu. Agar kita sama-sama diberikan yang terbaik di jalanNya.
Agar kita sama-sama menjadi lebih baik dengan belajar dari pengalaman sebelumnya. Agar kita tak salah melangkah dan yang paling penting adalah agar kita tak berlebih menyimpan harap pada sesama manusia.



Bandung, 09 April 2017 | 11:11 WIB

#NulisapaLan #Tentangku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar