Diam-diam aku mencarimu. Dan Tuhan menunjukan jalannya,
untukku—menujumu. Ada banyak keunikan yang aku temui dari petunjukNya, hingga
terkadang membuatku tersenyum sendirian. Diam-diam aku memandangimu dari balik
layar kaca ponselku. “Mengapa kau membuatku tersiksa seperti ini? Mengapa kau
terus saja hadir dalam ruang ingatku? Mengapa aku terus mencari tahu tentangmu?
Mengapa aku menunggumu? Mengapa kau hadir ke dalam kehidupanku? Siapa kau
sebenarnya?” Hati dan otakku, sesak dipenuhi tanda tanya yang tertuju padamu.
Ada rasa yang paling aku tak mengerti dari semua
ketidakbiasaan ini yaitu, aku merindukanmu. Ya, begitulah adanya dan nyatanya. Ada
riuh dalam dada yang sering kali kurasa, ketika namamu tak kunjung tiba di “suatu
notifikasi”. Ada debar yang hanya aku tahu bagaimana rasanya. Debar yang membuat
tanganku bergetar seketika. Debar yang membuat seluruh tubuhku terdiam
seketika, ketika sosokmu hadir dihadapan mata—dibalik layar kaca.
Hari berlalu begitu cepat, sedang kau terus saja ada membuat
hatiku semakin tertambat. Ingin rasanya saling melempar tanya denganmu, berbagi
cerita mengenai hari yang berlalu begitu cepat. Berbagi cerita mengenai hal apa
saja yang telah kita lakukan di kesibukan masing-maisng. Ingin sekali rasanya
menyapamu, di pagi dan malam hari. Namun apa daya, aku hanya bisa memendamnya.Ya,
Memendam sendirian.
Bicara tentang memendam perasaan. Bagaimana rasanya memendam
rasa sendirian? Tentu beraneka ragam rasanya. Kayak permen ya? Haha. Kadang, ada
bahagia yang tak mampu diungkap kata, ketika tiba-tiba kau ada, menjelma
melalui sebuah notifikasi. Ada gundah yang tak bisa aku enyahkan ketika namamu
tak jua ada, di notifikasi itu. Sungguh, aku mulai berlebih mengartikan
perasaan yang kian tumbuh ini.
Dan. Ketika mereka berkata, mengapa tak diungkapkan saja
padanya? Bukankah, setiap orang memiliki hak untuk suka pada siapa saja? Ya,
memang kita bebas menyukai siapa saja ataupun apa saja. Namun, tetap ada
batasannya. Kita bisa menyukai siapa saja lalu mengungkapkannya, selama tidak
melanggar aturan dan memperkeruh keadaan. Menjelaskan perihal perasaan bukanlah
hal yang mudah. Sebab, perasaan itu adalah Anugerah yang harus kita maknai
kehadirannya dengan hati-hati. Pun aku yang terus memaknai kehadiranmu, hingga
detik ini. Sehingga aku masih enggan mengungkapnya.
Begitulah...
Perasaan memang tak bisa diatur, tapi setauku perasaan bisa
diredam. Ketika perasaan tengah bermekaran, kita harus bisa menjaganya agar
tetap mekar dan tumbuh sebagaimana mestinya. Dan hanya dengan doa perasaan itu
akan tumbuh sebagaimana mestinya. Doa akan membawa perasaan itu kepada sang pemilik
hati yang sebenarnya. Dan mendoakanmu adalah mampuku, saat ini. Hanya itu yang
bisa kulakukan untukmu.
Jika pada akhirnya kau mengetahui apa yang pernah kurasa
padamu. Mungkin kau akan bersikap biasa saja. Sebab kau tak mengalaminya. Mungkin
juga akan kebingunan menghadapinya. Tapi tenang saja, aku sudah paham. Tidak semua
perasaan akan mendapat balasan, begitu bukan? Dan aku tidak berharap banyak
darimu perihal itu. kehadiranmu ke dalam hidupku saja, sudah lebih dari cukup. Kau
telah mendekatkan diriku PadaNya, Sang PemilikMu. Semenjak pertemuan itu,
selain aku terus memikirkanmu, aku juga terus mendoakanmu. Menyebutmu dalam
deretan semogaku. Tak apa-apa ya? Aku tak perlu meminta ijin padamu ‘kan? Aku anggap saja kamu menjawab “ya”.
Biarkan aku menjadi pemerhatimu diam-diam. Orang yang
mendoakanmu diam-diam. Dan menuliskan segala rasaku yang tertuju padamu.
cukuplah yang Maha SegalaNya, yang tahu perihal rasa ini. semoga doaku segera
sampai di ruang hatimu.
_Selesai_
Noted : entah nyambung atau engga, #yangpentingnulis
#nulisaja #tulisajadulu
Semoga kamu membacanya, iya KAMU !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar