Senin, 22 Juni 2020

Untukmu (dua)



Hai, apa kabar?
Semoga kamu selalu baik-baik saja.

Untukmu Tara Mandalika,

Aku perempuan yang sulit jatuh cinta. Aku perempuan yang sulit membuka hati. Aku perempuan berhati lembut. Aku perempuan yang mudah menangis. Aku perempuan yang manja. Aku perempuan yang tak banyak bicara. Kadang, aku juga perempuan yang mudah marah.  Tetapi, aku juga perempuan kuat. Aku juga perempuan yang tangguh dan mandiri. Kamu tahu itu ‘kan?
Ra, jika saja malam itu aku tak membalas pesanmu, mungkin yang sore ini ada dalam pikiranku bukan kamu. Setelah malam itu hampir setiap hari aku kebingungan. Kebingungan mengartikan perasaan yang mana sampai tiga tahun kemudian perasaannya masih juga belum berkurang sedikitpun.

Ra, September duaribudelapanbelas saat pertama kali aku memilih untuk melepaskanmu, aku kira saat itu aku akan kehilangan kamu untuk selamanya. Aku kira kita enggak akan pernah ketemu lagi. Aku kira kita akan selesai saat itu juga. Tapi, kayaknya semesta enggak mau ngeliat kita selesai sampai saat itu

Ra, di muka bumi ini ada jutaan manusia, tapi kenapa harus kamu orangnya? Kenapa harus kamu yang aku sayangi dengan terlalu. Pertemuan yang selalu dibungkus dalam kata kebetulan rasanya enggak mau kenal kata selesai. Lagi, lagi kamu. Kemana pun aku pergi pasti ada kamunya.
Ra, terima kasih sudah mengijinkan aku untuk masuk ke dalam dimensimu. Terima kasih, sudah datang datang ke dalam kehidupan aku juga. Terima kasih sudah membuat hidupku menjadi lebih hidup.

Banyak hal yang belum sempat aku sampaikan sama kamu, entah itu tentang perasaan aku, tentang kamu, ataupun tentang kita. Maaf aku enggak berani bilang langsung sama kamu, dan aku pun sadar kamu enggak akan pernah baca surat-surat ini. Tapi enggka apa-apa, setidaknya perasaanku sedikit lega, setelahnya

Ra, sekali lagi terima kasih ya
Jangan minta aku untuk berhenti menuliskan tentangmu ya, sampai aku benar-benar merasa cukup. 


Salam Sayang,
Alina

Tidak ada komentar:

Posting Komentar