Hai, apa kabar?
Semoga kamu selalu baik-baik
saja.
Untukmu Tara Mandalika,
Aku perempuan yang sulit jatuh
cinta. Aku perempuan yang sulit membuka hati. Aku perempuan berhati lembut. Aku
perempuan yang mudah menangis. Aku perempuan yang manja. Aku perempuan yang tak
banyak bicara. Kadang, aku juga perempuan yang mudah marah. Tetapi, aku juga perempuan kuat. Aku juga
perempuan yang tangguh dan mandiri. Kamu tahu itu ‘kan?
Ra, jika saja malam itu aku tak
membalas pesanmu, mungkin yang sore ini ada dalam pikiranku bukan kamu. Setelah
malam itu hampir setiap hari aku kebingungan. Kebingungan mengartikan perasaan yang
mana sampai tiga tahun kemudian perasaannya masih juga belum berkurang
sedikitpun.
Ra, September duaribudelapanbelas
saat pertama kali aku memilih untuk melepaskanmu, aku kira saat itu aku akan
kehilangan kamu untuk selamanya. Aku kira kita enggak akan pernah ketemu lagi.
Aku kira kita akan selesai saat itu juga. Tapi, kayaknya semesta enggak mau
ngeliat kita selesai sampai saat itu
Ra, di muka bumi ini ada jutaan
manusia, tapi kenapa harus kamu orangnya? Kenapa harus kamu yang aku sayangi
dengan terlalu. Pertemuan yang selalu dibungkus dalam kata kebetulan rasanya
enggak mau kenal kata selesai. Lagi, lagi kamu. Kemana pun aku pergi pasti ada
kamunya.
Ra, terima kasih sudah mengijinkan
aku untuk masuk ke dalam dimensimu. Terima kasih, sudah datang datang ke dalam
kehidupan aku juga. Terima kasih sudah membuat hidupku menjadi lebih hidup.
Banyak hal yang belum sempat aku
sampaikan sama kamu, entah itu tentang perasaan aku, tentang kamu, ataupun
tentang kita. Maaf aku enggak berani bilang langsung sama kamu, dan aku pun
sadar kamu enggak akan pernah baca surat-surat ini. Tapi enggka apa-apa, setidaknya
perasaanku sedikit lega, setelahnya
Ra, sekali lagi terima kasih ya
Jangan minta aku untuk berhenti menuliskan tentangmu ya, sampai aku benar-benar merasa cukup.
Salam Sayang,
Alina
Tidak ada komentar:
Posting Komentar